Di awal musim 2016/2017 ini, manager Liverpool Jürgen Klopp memang tidak mengutarakan ke media tentang target Liverpool musim ini. Tetapi setelah separuh musim berjalan ternyata Liverpool mampu bersaing di papan atas klasemen dan sekarang berada di posisi kedua dari dua puluh klub kontestan liga Primer Inggris. Memang, meski si Klopp tidak mengutarakan targetnya, penampilan Liverpool sejak awal musim ini patut membangggakan dan patut diacungi jempol sehingga membuat para liverpudlian optimis dimusim ini Liverpool bisa meraih juara liga Primer Inggris setelah terakhir juara dimusim 1989/ 1990 (termasuk saya sendiri hehe...).
Terbukti di awal musim Liverpool sanggup mempecundangi tim gudang peluru- Arsenal. Bahkan juga sanggup mempermalukan pemegang singgasana sementara saat ini Chelsea di kandangnya dan di awal tahun ini juga tak kalah, semakin membuat Liverpudlian optimis karena Liverpool sanggup mengatasi salah satu klub kandidat juara musim ini Manchester City. Tetapi apakah itu sudah cukup meyakinkan? Benarkah the reds akan juara musim ini?
Memang setelah Jürgen Klopp menjadi manager Liverpool, permainan the reds kini tambah meyakinkan, terbukti terlihat dari sanggup mengalahkan tim-tim papan atas kandidat juara liga lainnya, mampu menciptakan gol-gol ke gawang lawan dengan jumlah yang mentereng dan sampai sejauh ini tercatat sebagai klub paling produktif menciptakan gol ke gawang lawan. Ada lagi Liverpool era Jürgen Klopp juga tidak lagi bergantung oleh satu-dua-atau tiga pemain, tetapi lebih mengutamakan permainan tim terbukti dapat dilihat dari pemain-pemain Liverpool yang mampu menciptakan gol ke gawang lawan, sebut saja nama-nama seperti: Sadio Mane, Origi, Firmino, Sturridge, Wijnaldum, Henderson, Lallana, Coutinho, Milner, dan masih ada pemain lain yang belum saya tuliskan di sini.
Jadi, Liverpool yang sekarang lebih mengutamakan permainan tim daripada permainan individu. Beda saat eranya Brendan Rodgers kala itu Liverpool lebih menggantungkan permainan satu-dua pemain seperti Gerrard dan Suarez. Jika kedua pemain itu cedera atau absen pasti akan berdampak buruk bagi permainan Liverpool. Jadi, era Liverpool Jürgen Klopp benar-benar lebiih menakutkan dan menjanjikan daripada era Liverpool Brendan Rodgers. Tetapi sekali lagi apakah itu sudah cukup meyakinkan? Benarkah the reds akan juara musim ini?
Jika dilihat dan berkaca dari hasil pertandingan terakhir liga Primer Inggris pekan ke-20 kemarin, the reds yang menuai hasil imbang saat bertandang ke markasnya Sunderland. Rasanya optimistis dari para pendukung the reds (lagi-lagi termasuk saya sendiri hehe...) ini perlu dikoreksi. Karena, pesaing dan kandidat terbesar juara liga Primer Inggris musim ini Chelsea permainannya begitu konsisten yaitu mampu melahap 13 pertandingan tanpa kalah, meskipun dalam partai terakhirnya Chelsea harus bertekuk lutut di markasnya Tottenham. Dan juga catatan yang harus digaris bawahi, Chelsea era pemilik klub yang super kaya Roman Abramovich ini punya sejarah lebih mentereng dibanding Liverpool di liga Primer Inggris dengan format premier league.
Chelsea saat format premier league sanggup menggangkat trofi juara sebanyak 4 kali sedangkan Liverpool belum sekalipun. Liverpool adalah klub dengan sejarah besar tetapi sebagian besar trofinya (baca: khusus trofi liga Inggris) diraih pada jaman dulu terakhir kali tahun 1989/ 1990. Jadi, Chelsea era premier league lebih berpengalaman daripada tim merah dari Merseyside ini. Apalagi jika ditelusuri perjalanan Liverpool musim ini saat bertemu tim medioker layaknya Burnley ataupun Bournemouth yang masih kocar-kacir sehingga harus kalah dan pulang tanpa point. Saya rasa Liverpool benar-benar harus ekstra fokus dan menjaga konsistensi supaya impian para liverpudlian bisa terwujud.
****
Dari saya pribadi, hasil pertandingan pekan ke-20 kemarin benar-benar membuat hampir patah arah dan menyerah. Karena, melihat permainan Chelsea yang begitu tanpa cela selama 13 pertandingan. Beruntung pekan ke-20 ini kemenangan moncer Chelsea bisa terhenti. Sehingga muncul kembali semangat untuk optimis mendukung tim merah Merseyside ini.
****
Ekstra fokus, konsistensi dan belajar dari pengalaman kegagalan terdahulu yaitu musim 2001/ 2002; 2008/ 2009; dan 2013/ 2014. Ketiga musim yang terlihat begitu menjanjikan dan membuat optimistis tingkat tinggi para liverpudlian tetapi di akhir musim harus kecewa berat karena tim merah ini harus puas berada diperingkat dua. Yang lebih menyesakkan tentu saja musim 2013/ 2014, dimana pertandingan tinggal beberapa kali lagi, tetapi tim merah harus menyimpan mimpi juaranya lagi dalam-dalam karena, kurang fokus di penghujung liga. Jürgen Klopp harus mulai berbicara mengenai target bukan lagi pengandaian.
Sekaranglah saatnya! Beruntung Chelsea kalah dipekan ke-20, jadi selisih point dengan si Chelsea tinggal 5 point. Semoga Jürgen Klopp juga mau belajar dari Leicester musim kemarin yang bermaterikan pemain-pemain non bintang tetapi mampu meraih mimpinya karena terus berjuang dan fokus sampai akhir musim.