Lihat ke Halaman Asli

Thomas Aquinas Y W

Mahasiswa Universitas Slamet Riyadi Surakarta

Mahasiswa KKN-T Unisri Melakukan Pendampingan Pengembangan Strategi Pemasaran UMKM Keripik Tempe

Diperbarui: 27 Agustus 2021   22:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Karanganyar, Jumantono – Thomas Aquinas Yanuardi Wicaksana dan Rekan-Rekan mahasiswa dari Universitas Slamet Riyadi Surakarta yang sedang melaksanakan  Program KKN-T memberikan Pendampingan Pemasaran Digital Serta Perbaruan Label dan Banner untuk UMKM Keripik Tempe di Desa Sringin, Jumantono, Karanganyar. Kegiatan ini dilaksanakan pada Hari Senin, 16 Agustus 2021 dengan menyerahkan  Label dan Banner baru yang sudah didesain ulang  kepada pemilik UMKM keripik tempe “ KAMILA RISQI ” yaitu Bapak Bejo dan Ibu Mariyatin di Dusun Ngemping, Desa Sringin, Jumantono, Karanganyar. Kegiatan ini dilakukan sebagai usaha pengembangan strategi pemasaran serta branding. Penyerahan dilakukan di rumah produksi keripik tempe.

Dipilihnya keripik tempe KAMILA RISQI sebagai salah satu UMKM lokal yang kami kembangkan dalam segi pemasaran dan pelabelan karena permasalahan yang kami temui langsung di lapangan ialah dalam memproduksinya keripik tempe masih menggunakan cara tradisional sehingga jika dilihat dari segi jumlah produksinya masih kurang maksimal. 

Dari strategi marketing kemasan produk yang belum mengganti nomer telephone terbaru dalam labelnya serta dalam proses pemasarannya masih di lingkup warung-warung kecil sekitar rumah produksi.  

Seperti yang dituturkan Bapak Bejo “untuk pemasaran saya hanya melakukan di warung-warung terdekat mbak sedangkan untuk kirim kami pernah mengirim sampai Singapura dan Batam,” ujar  beliau. “Namun sekarang sudah di ambil alih oleh keponakan yang berada di Batam yang juga mempunyai produksi keripik tempe dan sekarang sudah berkembang, sehingga kita hanya memasarkan di warung-warung terdekat,” tambah Mak Mariyatin.

Menurut Bapak Bejo selaku pemilik usaha keripik tempe, produk olahannya masih menggunakan bahan alami dan tidak mengandung bahan berbahaya didalamnya sehingga dapat bertahan 1 – 2 minggu. Kunci kerenyahan keripik tempe ini ada pada proses penggorengannya yang dilakukan 2 kali sebelum proses pembungkusan dan menggunakan tungku kayu tradisional dalam proses penggorengan.

Produk makanan ringan yang banyak di gemari semua kalangan mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, dan memiliki banyak manfaat ini memiki  rasa yang renyah, gurih dan makanan yang mengandung protein tinggi serta menyehatkan. Camilan ini juga dapat dinikmati sebagai makanan pelengkap untuk nasi maupun lauk. Oleh sebab itu kami membantu Bapak Bejo  melakukan pendampingan pemasaran melalui media sosial, secara lisan serta melakukan pembaruan label dan banner untuk mengikuti perkembangan jaman  agar produksi kripik tempe lebih modern dan semakin dikenal oleh khalayak luas.

Tujuan kegiatan ini adalah untuk membantu Bapak Bejo dalam meningkatkan omzet penjualan keripik tempenya serta dalam usaha peningkatan pemasaran digital melalui media sosial agar dapat bersaing dengan produsen keripik tempe lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline