Kenapa Meja Bundar?
sadar atau tidak sadar, sering dijumpai masalah terkait pasien yang kurang paham aturan asuransi dan rumah sakit, rumah sakit yang tertutup mengenai tindakan medis, pengobatan dan sejenisnya, asuransi yang kurang informatif terhadap pasien.
Dalam kacamata konsumen dan kacamata saya, diperlukan pertemuan tiga pihak dalam meja bundar
Dalam legenda Inggris, konsep meja bundar diartikan dari kata bundar itu melambangkan dunia dan setiap orang yang duduk mengelilinginya adalah pribadi yang seimbang atau setara
Negara kita juga melakukan perundingan Meja Bundar pada tahun 1949 dengan Belanda untuk persoalan kedaulatan.
Apabila tiga pihak bertemu dalam satu meja bundar, maka saya berkesimpulan akan ditemukan model komunikasi yang efektif dan transparan. Tidak lagi sekedar pasien sakit, periksa terus dikenakan biaya oleh rumah sakit, dan asal sesuai limit asuransi membayar. Meskipun tidak wajar pun biayanya, asuransi tetap bayar, pasien bisa pulang. Tanpa melihat dampak di kemudian hari begitu limit habis, bingung, menyalahkan asuransi dan rumah sakit.
TRANSPARANSI
Seberapa puas anda dengan resume medis anda? Atau penjelasan dokter anda? Semua tergantung dokter dan kemampuan RS untuk menyajikan data yang akurat dan sesuai. Tidak jarang dua dokter spesialis yang sama memberikan penjelasan yang berbeda untuk satu penyakit sama dan mana yang benar adalah mana yang obatnya menyembuhkan. Naas kalau kita mendapatkan obat berbeda dan hasilnya sama yakni masih belum sembuh.
Tapi seluruh kegiatan medis tersebut mengeluarkan biaya yang perputarannya bagus untuk bisnis kecuali asuransi pemerintah yang mungkin banyak dikeluhkan meskioun maksudnya baik.
Setiap orang pasti memilih Rumas Sakit yang terlihat baik,nyaman, higienus, dan harganya terjangkau. Tapi apa.mau dinyana rumah sakit idaman tersebut tidaklah murah. Sehingga dalam hal inu untuk kalangan masyarakat yang mengandalkan asuransi dan tetap memilih RS dengan kriteria di atas pasti harus menahan napas waktu menuju kasir sembari membayangkan berapa sisa limit saya ya
FENOMENA
Dalam pengalaman saya banyak hal hal yang tidak saya pahami mengenai bisnis di bidang medis ini, saya akan membagikan ceritanya
1. Istri saya pernah periksa di RS skala internasional dimana sahamnya dimiliki konsorsium besar di Indonesia. Kami memilih mereka karena lokasi yang strategis meskipun bangunannya juga tidak sebagus namanya. Periksa di dr umum untuk penyakit flu dan sedikit demam tanpa ada infeksi berarti dikenakan biaya 1 jt rupiah. Dan aturan perusahaan saya harus membayar 10% nya, 90% ditanggung asuransi. Nominal 1 jt itu nyris 30% dari total limit rawat jalan selama setahun. Dan obat yang diberikan juga tidak terlalu istimewa dan kami bisa menyimpulaln begitu karena kami juga tidak terlalu bodoh soal obat2an. Selidik punya selidik ada papan pengumuman di sekitar kasir tsb yang menyebutkan 'dengan menggunakan asuransi group kami jaminan kesehatan anda akan lebih aman'. Dalam hati saya bergumam mungkin dengan asuransi dari grup merekalah biaya medis untuk saya dan keluarga jadi lebih 'aman' waktu di kasir.
2. Saya da keluarga juga pernah periksa di RS skala nasional yang punya ama dan kami sangat puas karena setiap pembayaran biaya medis apabila sakit itu harganya sangat bersahabat. Padahal RS nya lebih nyaman dan pelayanannya lebih bagus dari RS di no 1. Limit asuransi kami pun aman.
3. Untuk pengalaman rawat inap, istri saya pernah menjalani rawat inap di RS no 1 dan RS no 2. Semuanya kelas 1. Karena jatah kantor masih mencukupi. Suasana apabila rawat inap di RS no 2 adalah pengalaman penyembuhan yang indah dan menyenangkan. Makanan RD nya pun enak, sehingga pasien merasa dimanusiakan. Dan jadwal cek suster visit dokter sangat teratur dan kami tidak kuatir untuk tidak ditangani. Kenbali ke RS 1 yang mengaku RS skala internasional yang mempunya cabang di jogja dan makassar dan lainnya.
Pelayanannya sangat berbeda, merek menyuguhkan pengalaman mencekam seperti setiap mau diambil tindakan keluarga selalu dihubungi dengan natasi Asuransi belum memberikakan jawaban atas rencana tindakan, kalau diteruskan keluarga harus tanda tangan berkas mau menanggung. Dan pertnyaan mencekam tersebut terus saya alami hampir di setiap tindakan medis sampai operasi.dan bahkan terkadang pasiennya pun ditanya pertanyaan mencekam tesebut.
Padahal setelah dicek asuransi, mereka menjawab sudah memberikan jaminan, dan akan menanggung seluruh tindakan medis selama limitnya mencukupi. Dan tidak sengaja saya dengan pasien di sebelah istri saya rupanya juga diberikan statement mencekam serupa dan pasien yang sakit jantung itu sudah menjawab kalau HRD kantornya sudah menelpon asuransi dan sudah dipastikan asuransi menanggung sambil mengeluh
-saya pun bersyukur jantung pasien tsb tidak kumat-
Yang paling fenomenal adalah saat menunggu proses operasi yang cukup menegangkan, saya hanya mendengar para suster mengucapkan "sudah acc,lanjutkan", kasir juga tidak lalah nyaring "sudah acc" dan saya dengan hal ini berkali kali. Saya sangat merindukan ucapan" semoga cepat sembuh", "sabar", "dokter akan tangani semaksimal mungkin" tapi tidak ada. Apa ini mimpi?
Lalu kenapa rumah sakit itu begitu? Di RS lain tidak seperti itu.
KESIMPULAN
Seberapa besarnya pemodal di bisnis rumah sakit, yang terlihat hanyalah dua hal, RS fokus mencari untung dan anti rugi, atau RS melayani layaknya RS sesuai artinya rumah untuk kesembuhan yang sakit, bukan rumah acc.
Salam sehat semuanya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H