Lihat ke Halaman Asli

Plus-Minus Ujian Nasional Tahun Ini

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Akhirnya Ujian Nasional (UN) tahun 2011 hari ini dimulai. Sebagai perhelatan besar dalam dunia pendidikan di Tanah Air pastilah UN Tidak pernah habis menyita perhatian berbagai pihak, termasuk saya sebagai guru.

Plus UN tahun ini

Waktu pelaksanaan UN. Waktu pelaksanaan UN pada pertengahan bulan april, dirasakan lebih baik para siswa dan guru dibandingkan tahun-tahun sebelumnya di mana UN dilaksanakan pada bulan Maret. Dengan desain itu kesempatan siswa belajar lebih longgar, dan guru juga lebih bisa mengalokasikan waktu dan perhatian bagi pendampingan belajar siswanya lebih dari cukup.

Pengawas silang. Penggunaan pengawas silang dari sekolah lain satu rayon/ kecamatan ternyata juga mendorong sikap positif siswa untuk lebih serius dan tertib dalam menjalankan UN. Banyak siswa yang dalam kesehariannya “seenaknya” telah menunjukkan sikap lebih tertib, rapi, dan santun kepada guru pengawas yang berasal dari sekolah lain.

Pemantau independen. Sekali pun perannya tidak sedemikian signifikan, pemantau independen telah membantu mendorong sikap lebih bertanggungjawab dan cermat sebagian pengawas ruang dalam menjalankan tugas kepengawasannya.

Variasi soal lebih banyak. Harus diakui bahwa penggunaan variasi soal yang beragam, sekali pun item-item pertanyaan sesungguhnya sama, mampu mengecoh mereka yang selama ini mengandalkan “bocoran” jawaban, entah dengan cara yang halus (bertanya sana sini) maupun dengan cara yang vulgar, yakni secara terus terang membeli soal.

Otoritas pengawas ruang untuk mengacak soal. Kewenangan yang diberikan kepada pengawas ruang untuk mengacak dan membagikan soal secara “bebas” kepada peserta tes sangat membantu mengurangi kecurangan saat pelaksanaan UN berlangsung. Dengan cara ini siswa yang telah menyiapkan kunci bocoran soal akan mudah terkecoh dan kecewa apabila ternyata paket soal yang diterimanya memiliki kode yang sama sekali berbeda dengan kunci paket soal yang dimilikinya.

Minus UN tahun ini

Tanpa buram dan alas meja. Dalam dua tahun terakhir, kesempatan siswa menggunakan alas/ papan dan kertas buram dihapuskan. Sekali pun baik maksudnya, ternyata kebijakan ini bisa menimpulkan masalah lain. Misalnya, banyak siswa yang memerlukan kesempatan/ cara untuk melakukan perhitungan yang lebih “panjang” dibandingkan siswa lain. Tipe-tipe siswa seperti ini akan mudah panik dan kemampuan berpikirnya “down” manakala tidak tersedia kertas buram yang cukup. Kasus sobek atau berlubangnya lembar jawab komputer (LJK) juga acapkali sering terjadi karena sekolah tidak bisa menyediakan meja yang layak untuk mengisi LJK dengan pensil.

Variasi soal yang beragam. Selain aspek positif, pengacakan soal dalam beberapa paket soal sekali pun toh jenis soalnya sama ternyata senantiasa berpengaruh pada pencapaian hasil belajar siswa. Konstruksi dan urutan materi yang berbeda ternyata juga berpengaruh terhadap cara siswa merespon pertanyaan-pertanyaan tersebut. Akibatnya adalah bahwa perolehan hasil pencapaian tes kelompok peserta tes yang mendapat kode paket soal yang kurang sesuai dengan konstruksi dan tingkat kesulitan yang benar juga akan lebih rendah dibandingkan kelompok siswa yang mendapat kode paket soal yang konstruksi dan tingkat kesulitannya lebih sesuai. Hal ini tentu akan lebih parah lagi manakala jenis pertanyaannya pun berbeda.

Waktu pengumpulan soal tidak lazim. Ada yang “ganjil” dan di luar kebiasaan dalam pengumpulan LJK UN pada hari pertama kemarin, yakni seluruh LJK peserta UN baru dikumpulkan setelah selesainya pelaksanaan UN. Biasanya, sekolah penyelenggara UN diminta untuk segera menyerahkan LJK hasil tes UN pada jam pertama setelah tes jam pertama berlangsung. Kebiasaan yang berbeda ini tentu segera menimbulkan spekulasi tentang ada “permainan” apa di balik ini. Hal ini dikarenakan oleh karena kebijakan ini telah membuka “ruang” terjadinya proses kecurangan baru dalam jeda waktu yang ada.

“Timing” hari yang kurang tepat. Hal yang cukup mengganggu pelaksanaan UN tahun ini adalah adanya salah satu hari pelaksanaan UN yang bersamaan dengan “Hari Kamis Putih” yang merupakan hari suci bagi umat nasrani. Sekali pun pemerintah/ BSNP telah meminta maaf atas “kekurangnyamanan” ini, namun tetap saja kebijakan ini telah menjadi bukti atas praktik-praktik yang menodai toleransi kehidupan beragama yang sering menjadi slogan dan mau dijunjung tinggi di negeri ini. 000

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline