Jika berbicara tentang hati maka pasti tidak mungkin terlewatkan yang namanya nafsu. Nafsu bisa diartikan dengan ajakan yang membawa manusia pada sifat-sifat yang tercela. Sebagian ahli tasawuf menghimbau untuk memerangi dan menghancurkan nafsu yang mengajak pada kejelekan. Rasulullah pernah berkata "Nafsu yang paling kejam adalah musuhmu yang ada diantara dua lambung"
Ada juga yang mengartikan nafsu tergantung pada perbedaan kondisi. Jika kondisinya mengajak pada kemunkaran dan kejelekan, maka sebagaimana nafsu yang disebutkan tadi. Dan jika kondisinya mengajak pada kebaikan, tidak berkutik ketika dihadapkan pada syahwat dan mengikuti perintah Allah, maka disebut nafsu yang tenang. Atau dalam al-Qur'an disebutkan:
Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya (QS.al-Fajr [89]27-28)
Nafsu dengan pengertian yang pertama tidak bisa menyampaikan manusia kepada Allah. Karena merupakan kelompok atau golongan dari setan, bagaimanapun caranya, seperti apapun caranya dan apapun yang dikorbankan. Tidak ada ceritanya manusia bias sampai kepada Allah dengan perantara nafsu yang mengajak pada keburukan. Yang ada dia hanyalah tergoda oleh setan dan jin.
Nafsu juga memiliki tempat di dalam hati seperti yang dikutip dalam kitab Qatrul Ghaits. Seperti nafsu Amarah, Lawwamah, Malhamah, Muthmainnah, radhiyah, Mardhiyah dan Kamilah. Dua yang pertama (Amarah dan Lawwamah) mengajak pada kejelekan seperti, dhalim, bangga diri, mengadu domba, pamer, ghasab dan lain sebaginya. Adapun yang sisanya mengajak pada kebaikan seperti taubat, sabar, syukur, tawadhuk, ilmu yaqin dan kebaikan lainnya. Ini menunjukkan bahwa nafsu itu ada kaitannya dengan hati manusia. Satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan bagaimanapun caranya.
Kalau dilihat dari pembagian nafsu di atas, kebaikan lebih banyak dari pada kejelekan dalam hal tempat di hati. Seharusnya manusia lebih banyak beramal kebaikannya daripada kejelekan. Karena memiliki tempat yang lebih lebar dan lebih luas dari kejelekan. Seharusnya lebih banyak beramal shaleh daripada beramal jelek. Namun realitanya manusia lebih banyak keburukannya daripada kebaikannya. Manusia dikalahkan oleh amarahnya. Seakan golongan minoritas mengalahkan pada golongan mayoritas. Manusia lebih banyak dikalahkan oleh hawa nafsunya. Hal ini menunjukkan ada kesalahan atau ada sesuatu yang belum terpenuhi dari hati manusia.
Sedangkan hati sendiri adalah penggerak atau pendorong nafsu kemana akan dibawa oleh sang hati pengemudi. Kemudinya terletak pada hati. Bahkan hewanpun yang tidak berakal memiliki hati yang dapat menggerakkan tubuhnya. Seperti rusa, ketika bertemu dengan seekor harimau, sontak rusa tersebut lari menjauh sejauh mungkin dari harimau. Ini berarti ada penggerak yang membuat rusa tersebut lari menjauhi singa. Hewan saja yang tidak berakal bisa menjauhi sesuatu yang membahayakan, apalagi manusia yang dilengkapi dengan akal sehat guna berfikir dengan jernih mana yang manfaat dilakukan dan mana perbuatan yang menimbulkan dosa dan berbahaya pada dirinya. Jika manusia masih kalah dengan nafsunya dan melakukan sesuatu yang membahayakan pada dirinya, tentu bisa dikatakan manusia lebih rendah daripada hewan.
Bukan hanya nafsu saja yang dikendalikan oleh hati, termasuk juga anggota tubuh manusia yang dhahir juga masuk dalam kendali hati. Dengan artian hati memiliki banyak penolong. Ada penolong yang bisa dilihat dan penolong yang tidak bisa dilihat. Penolong hati yang bisa dilihat (dhahirah) seperti tangan, kaki, mata, telinga lisan dan semua anggota badan yang bisa dlihat. Sedangkan penolong hati yang tidak bisa dilihat (bathinah) seperti syahwat dan semua contoh-contoh dari nafsu di atas. Ringkasnya dalam hati ada sebuah tentara yang dapat menggerakkan pada apa yang diperintahkan. Allah memiliki pasukan di dalam hati, ruh dan alam yang lain yang tidak ada yang tahu hakikatnya dan hitungannya kecuali Allah. Termasuk tentaranya hati. Allah berfirman
Tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu Kecuali Allah (QS.al-Muddatsir [74]31)
Semuanya itu tunduk atas perintah hati. Apapun yang hati perintahkan, maupun baik buruknya perlakuan pasti akan dilakukan dan tidak bisa diganggu gugat. Sebab semuanya itu tercipta dalam keadaan patuh tunduk pada hati. Sama sekali tidak kuasa untuk tidak menuruti kata hati. Maka apabila hati memerintah mata untuk membuka, maka terbukalah. Jika hati memerintah untuk berjalan, maka jalanlah. Jika hati memerintah untuk berbicara, maka bicaralah. Sama halnya dengan para malaikat. Para malaikat tercipta untuk tunduk patuh kepada Tuhannya. Sama sekali tidak kuasa untuk membangkang dan keluar tidak patuh pada Allah. Sebab malaikat tercipta untuk patuh tunduk pada-Nya. Yang mana malaikat merupakan bagian dari tentaranya Allah.