Baru-baru ini saya marah besar pada suami. Betapa tidak, dia melupakan hari ulang tahun perkawinan kami. Mungkin kemarahan saya tidak akan memuncak jika ini adalah kali pertama dia lupa. Tapi, ini adalah kali ke-delapan dia melupakan hari yang bagi saya penting, dan pernikahan kami berdua juga memasuki usia ke delapan!! Lebih parah lagi karena saat ini kami sedang berjauhan, dia di Jogja, dan saya sedang menuntut ilmu di negeri Ratu Elizabeth, jadi perhatian secara verbal maupun tulisan adalah satu-satunya yang bisa mewakili kehadirannya di hari itu, hari yang sungguh spesial bagi saya. Ketika hari itu tiba, tak urung saya memelototi layar laptop seharian, menanti kejutan yang tak juga kunjung datang. Bisa dong, anda bayangkan bagaimana sedihnya saya melewati hari itu sendirian, hingga akhirnya jam 11.50 malam waktu Indonesia, ketika hari telah akan berganti, saya kirimkan sebuah sms singkat: ‘happy 8th anniversary ayah, bunda sayang ayah’.. disusul dengan email berisi puisi penuh cinta untuknya. Dia memang merespon sms saya dengan jawaban: ‘Hah?Sdh 8 th usia pernikahan qta ya?Waktu blalu bgt cpt.Smoga cinta n kbahagiaan qta langgeng dunia akhirat.Amin.ntar ay email.ay love u.emuah..’ Dan hingga hari ini, email yang dia janjikan belum juga muncul di inbox saya. Hhhh... rasanya ingin menghela nafas sepanjang-panjangnya. Tuhan, beri saya kesabaran seluas samudera. Ingin rasanya melampiaskan marah saya dengan cara apapun, yang penting saya puas dan dia mengerti. Bahkan sisi jelek saya sudah menjerit-jerit minta putus hubungan saja. Tapi hey.. kami sudah menikah. Putus (baca: cerai) pun mungkin akan ditertawakan pihak KUA kalau mendengar alasannya, ‘karena dia melupakan hari jadi kami’. Padahal esensinya bukan hanya sekedar ingat atau tidak, tapi sudah pada perhatian atau tidak, cinta atau tidak, mengerti keinginan pasangan atau tidak.... Pada akhirnya semua memang sudah selesai, dia mengakui kesalahannya, minta maaf dan berjanji tak akan mengulangi kelalaiannya. Sayapun berusaha untuk lebih memahami sifatnya yang ‘tidak detil pun tak romantis’ itu, sembari bersiap-siap menurunkan standar ekspresi cinta dan sayang dalam kamus hidup saya. Tapi, ada yang masih mengganjal di hati. Kenapa lelaki (meski tak semua, tapi beberapa teman pernah mengalami nasib serupa dengan saya) begitu sulit mengingat tanggal-tanggal yang penting bagi istri-istri mereka, begitu egois, selfish, [caption id="attachment_117960" align="alignleft" width="300" caption="Sumber: Google"][/caption] sementara sebagian wanita memiliki ingatan yang amat tajam terhadap hal tersebut? Iseng-iseng mencoba bertanya pada eyang google, dan hasilnya, wow.. ternyata itu sifat bawaan genetik alias sudah dari sononya emang lelaki tuh diciptakan begitu. Seperti dikutip dalam http://www.freerepublic.com, Profesor Peter Giese, salah satu peneliti dari Kings College London mengemukakan bahwa perbedaan genetik antara laki-laki dengan perempuan menyebabkan laki-laki lebih baik dalam mengingat hal-hal yang bersifat ‘taktis’ seperti arah perjalanan. Di sisi lain, wanita memiliki kelebihan dalam mengingat segala sesuatu yang berbau ‘emosional’ seperti tanggal-tanggal ulang tahun, perkawinan, maupun sesuatu yang terperinci yang terhubung langsung dengan dunianya. Sebab lain dikemukakan oleh Dr Herb Goldberg, seorang psikolog dan penulis buku 'What Men Still Don't Know About Women, Relationships, and Love'. Menurutnya, laki-laki lebih fokus pada kondisi dan tekanan eksternal, seperti pekerjaan, yang menurut mereka jauh lebih menantang ketimbang hubungan dengan pasangan yang dalam anggapan mereka berada di zona ‘aman’. Sebagaimana dikutip oleh http://automaticromantic.com, Goldberg mengatakan bahwa mungkin, di awal hubungan, laki-laki masih akan mengingat tanggal-tanggal manis tersebut, karena bagi mereka, tantangan terbesar adalah bagaimana memenangkan hati dan kasih sayang pasangan. Seiring perjalanan waktu, prioritas lelakipun mulai bergeser dan menjauh sehingga hal-hal yang mudah diingat di awal hubungan menjadi hal rumit yang sangat sulit dimasukkan dalam kantong ingatan mereka. Jika itu masalahnya, maka saran Goldberg bagi para laki-laki, belilah kalender, diary, dan tandai semua tanggal-tanggal yang penting bagi anda dan pasangan anda, juga anak-anak anda. Terus juga jangan lupa rajin mengecek kalender/diary tersebut. Perhatikan juga lama waktu yang dibutuhkan untuk membeli hadiah bagi pasangan anda, jika perlu bujuklah pasangan untuk memberitahu anda mengenai apa yang ia inginkan. Atau, jika ingin lebih praktis, pasanglah reminder pada gadget yang anda punya 2-3 hari berturut-turut hingga hari H tiba. Jangan sampai seperti alasan suami saya yang melupakan hari ulang tahun saya tahun lalu, dan alasannya adalah: ‘kemaren aku inget nda, swear!! Tapi pas pagi tadi aku lupa.....’ hahaha.. alasan yang bikin geli sekaligus dongkol. Bagi para wanita, Goldberg menyarankan agar wanita pintar menciptakan suasana baru yang ‘menantang’ sehingga laki-laki, pada level tertentu merasakan ‘ketidaknyamanan’. Dengan demikian tentunya mereka memiliki perhatian terhadap inovasi yang menimbulkan perasaan tak nyaman itu. Hmmm... kira-kira seperti apa ya? Kalau saran saya pribadi sih, mendingan jangan biarkan pasangan anda melupakan tanggal-tanggal yang penting bagi anda, kecuali jika memang anda ingin sakit hati dan kecewa seperti saya. Selalu ingatkan dia beberapa hari sebelumnya, termasuk jika anda menginginkan untuk melakukan sesuatu yang istimewa hari itu. Mungkin memang kurang romantis, tapi mau bagaimana lagi. Lha sudah dari sononya emang begitu. Sumber: 1. Why Men Can't Remember Anniversaries? http://www.freerepublic.com/focus/f-news/2048400/posts 2. Why do men forget birthdays and anniversaries? http://automaticromantic.com/articles/article/why-do-men-forget-birthdays-and-anniversaries/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H