Lihat ke Halaman Asli

Takut Menulis (atau Takut Dikritik?)

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak bergabung dengan kompasiana, saya lebih memilih menjadi pembaca dan pengamat (istilah kerennya silent reader). Itulah makanya, sedikit banyak saya tahu ada sesuatu yang tidak menyenangkan yang sedang terjadi di sini, forum yang sering disebut sebagai 'rumah sehat' oleh beberapa kompasianer. Tujuan saya bukan ingin menggambarkan apa yang sedang terjadi, saya ingin mengungkapkan perasaan saya terhadap apa yang sedang terjadi.

Terus terang, saya menjadi gamang ketika mau menulis. Rasanya takut.. takut dihabisi oleh komentar dan kritikan yang kadar kepedasannya sudah sangat keterlaluan menurut takaran rasa saya, seperti yang akhir-akhir ini menimpa salah satu kompasianer muda. Okelah, mungkin dalam banyak hal dia salah, itu terbukti, ia mengakui, dan meminta maaf. Tapi sepertinya permintaan maaf saja tidak cukup, masih juga dia diganyang bukan hanya di kolom komentar melainkan dengan artikel-artikel yang secara terang-terangan menyebut ID dia. Hiii... saya ngeri jadinya.

Saya membayangkan, seandainya dosen-dosen saya di sini, dengan kapabilitasnya melakukan hal yang sama, menghakimi essay yang saya buat (karena tingkat plagiarisme yang dideteksi oleh software bernama turnitin itu lebih dari  20%), atau karena konten yang acakadul, tentulah saya akan kehilangan semangat untuk belajar dan menulis. Apalagi, menulis dalam bahasa orang lain, lha wong untuk untuk nulis sekarang ini saja butuh waktu berhari-hari kok :). Tetapi untunglah, para profesor di universitas tempat saya belajar sangat santun dalam berkomentar/memberikan kritikan. Tidak menyakiti hati, tidak terkesan menggurui, dan yang jelas, memberikan pencerahan dan semangat agar saya bisa menulis lebih baik lagi di essay berikutnya.

Bagi saya, alangkah indahnya jika 'rumah sehat' kompasiana ini menjadi ajang belajar dan mengajar melalui tulisan, meskipun bukan di ranah akademis. Alangkah indahnya jika komentar dan kritikan itu diniatkan untuk memperbaiki kemampuan si penulis berita, dan disampaikan dengan bahasa yang santun. Tentu saja, yang dikritikpun harus menyadari bila ia memang sedang khilaf, atau memberikan penjelasan seandainya komentar/kritikan tersebut tidak sesuai dengan kenyataan atau argumen yang sedang ia bangun dalam tulisannya. Tentu rumah ini akan makin adem dan damai rasanya, pun banyak kompasianer pemula yang akan makin terdorong untuk menulis, meskipun hanya dengan  kemampuan seadanya, seperti saya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline