Lihat ke Halaman Asli

Thimie KnightDahmer

Tentor Bahasa Inggris dan novelist genre Thriller

Komentar Netizen

Diperbarui: 3 Mei 2023   16:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.facebook.com, dok. pribadi

Aku menghela napas. Membaca komentar demi komentar yang para nitizen tulis dipostinganku yang aku tulis di sebuah aplikasi milik seseorang bernama Mark Z.

Apa yang aku tulis mereka artikan negatif. Terlebih parahnya mereka serasa mengenalku di duta (dunia nyata) hanya dari beberapa kalimat yang aku tulis disana. Sekejam itu nitizen Indonesia. Tidak hanya itu mereka lalu mencari tahu postingan lamaku yang bisa dibilang sudah basi. Sebuah postingan yang aku tulis di wallku sendiri dikala emosiku sedang memuncak. Sekeren itu nitizen Indonesia.

Memang nitizen Indonesia tidak ada tandingannya dalam berkomentar. Jika komentar positif okaylah, tapi komentar pedas yang serasa bahwa sang komentator mengenal dekat dengan orang yang menulis postingan. Wow ... 

Ini saja aku bercerita tentang hubunganku dengan cowokku yang notabene mereka anggap aku cewek matre. Aku hanya bisa tersenyum kecut. Postingannya sudah aku hapus tapi memang jejak digital akan selalu ada, tapi apa yang aku tulis itu apa yang aku rasakan. Terkadang orang menulis sesuatu itu pas dengan apa yang dia rasakan waktu itu. Ketika aku sedang emosi, aku memilih untuk menulis tentang seseorang yang membuatku terluka. Ntah itu Ibuku bahkan bisa jadi anak-anakku. Jika aku lagi butuh duit, ya aku menulis apa yang ada di dalam pikiranku.

Tapi sifat empati dan simpati nitizen kurang. Itu yang aku tahu. Apa yang mereka baca itu yang mereka simpulkan dengan segera. Mereka tidak bisa memposisikan diri mereka kepada sikon si pemosting. Seperti gambar yang ada di atas. Dia dengan cepat menyimpulkan bahwa aku itu manusia jahat. Untung saja Allah menilai kita dari kitanya langsung bukan atas dasar penilaian orang terhadap kita.

Yang jelas dari sini aku belajar, bahwa berhati-hatilah dengan apa yang kamu tulis. Karena jari tangan para nitizen itu bisa membuatmu terluka, down, bahkan bisa menyebabkan seseorang bunuh diri. Melalui jari tangan itulah pembullyan secara tulisan terjadi. Bahkan ada yang berkomentar bahwa tulisanku itu tidak bermutu. Aku menghela napas lagi. Ya, sebuah komentar pedas dari orang yang merasa mengenalku karena postinganku yang banyak mengeluh karena kekurangan uang. Aku menulis itu di wallku pribadi bukan di grup tapi mereka selalu mencari-cari kekurangan-kekurangan orang tanpa bisa berkaca mereka juga hanya manusia biasa yang ... penuh kekurangan plus ada dosa juga disana.

Aku tidak perlu emosi. Karena ghibah mereka membuatku jadi tersadar bahwa Nabi saw saja di hina, apalagi kita? Bahwa Ali bin Abi Thalib saja meninggal di bunuh. Apalah artinya kita ini?

Intinya ... yang dumay biarlah stay dumay. Toh yang mengenal baik si pemosting adalah teman-temannya di dunia nyata. Ucapan mereka jauh lebih perlu di dengar daripada tulisan receh dari para komentator yang sok merasa tahu hidup seseorang. Tulisan biarlah stay as tulisan yang kelak akan hilang disapu air laut. Tapi ucapan dari orang-orang yang benar-benar mengenal kita luar dalam itu yang lebih perlu untuk dipikirkan.

Jangan pusing atas sebuah tulisan atau komentar yang membuatmu down. Itu hanya sekedar tulisan. Jangan dibawa ke dalam hati dan terlalu dipikirkan. Karena yang mengenal kita hanya Allah. So ... relax ya?

www.facebook.com/dok. pribadi




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline