Lihat ke Halaman Asli

Momok itu Bernama Pendidikan

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

"Kita anak-anak elang yang diajarkan untuk berkubang dalam lumpur". - Jalaludin Rumi

Menarik sekali ketika saya membaca ulasan Mahfud MD mengenai pendidikan di Indonesia dan pengaruhnya terhadap merosotnya moral anak bangsa. Saya sebagai anak yang dibesarkan oleh pendidikan sejak '97 hingga sekarang ikut prihatin dengan dunia pendidikan hari ini.

Sedari duduk dibangku sekolah dasar hingga taman sekolah menengah atas saya "dipaksa" menelan bulat-bulat pelajaran dari sang guru. Paulo Freire dalam bukunya "Pendidikan Kaum Tertindas" mengibaratkan murid sebagai celengan babi yang diisi koin logam oleh sang guru. Seolah murid memang sengaja dibentuk untuk menjadi mesin-mesin pekerja, buka manusia-manusia yang mempunyai akal untuk berfikir.

Saat saya duduk di bangku perguruan tinggi, saya berpikir bahwa model-model pendidikan seperti ini sudah tidak ada dan memasuki model pendidikan yang profesional. Tapi kenyataan berbicara lain, pendidikan di perguruan tinggi tidak ada bedanya dengan pendidikan yang pernah saya kenyam sebelumnya. Dosen dan para guru memberikan saya modal bernama ketakutan untuk taat kepada dirinya. Dengan sedikit hiperbolis saya mengibaratkan dosen sebagai "Tuhan" dengan otoritas tertingginya dalam ruang kelas.

Seharusnya, pendidikan dan berpendidikan dilandaskan pada proses kesenangan serta tanpa paksaan. Sehingga terjadi proses transformasi keilmuan yang kondusif di setiap ruang kelas. Bukan bermodalkan ketakutan dan keterpaksaan menjadi murid-murid industri.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline