Lihat ke Halaman Asli

Tahu tapi Tak Memberi Tahu

Diperbarui: 1 Mei 2023   16:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kriiiiingggg......! Bel tanda selesai istirahat telah sempurna dibunyikan. Anak-anak yang duduk di taman, tanpa disuruh langsung bergegas menuju ke kelas. Para siswa yang masih asik dengan makanan mereka di kantin, buru-buru menghabiskan, membersihkan mulut dengan tisu, lalu membayar. Begitupula denganku berlari sekencang mungkin menju kelas, takut telat.

Kini, kelas yang berukuran 6x9 m2 tersebut telah dipenuhi murid-muridnya. Setiap siswa telah menempati kursi mereka masing-masing. Aku yang dari tadi menggenggam sesuatu , langsung meletakkannya ke dalam laci sebelum ada orang lain yang melihatnya.

"Dari mana Gas?, Kok keringatmu banyak sekali?" temanku, Bayu mengagetkanku dengan sapaannya

"Eee..., waktu pergi ke kelas aku lari, takut telat," jawabku sambal mengusap dahiku yang penuh dengan peluh.

Apakah bayu melihatnya Ketika aku memasukkan sesuatu itu ke dalam laci. Ah, aku tak peduli. Lagipula dari pertanyaannya tidak menunjukkan kecurigaan apapun kepadaku

Lima menit kemudian, saat beberapa teman berbincang satu dengan yang lain, ada juga yang sibuk dengan dirinya sendiri, manulis, membaca, melukis, aku sibuk memikirkan bagaimana cara supaya bisa keluar dari kelas nantinya sambal membawa sesuatu tersebut. Tak lam kemudian, masuklah Pak wali kelas ke kelas dengan sapaannya yang khas.

"Selamat pagi!"

Tunggu, ada yang aneh dengan Pak wali kelas hari ini. Dia yang biasanya datang dengan wajah yang sangat bersahabat, hari ini kelihatan sangat memusuhi. Cahaya yang biasanya muncul dari pandangannya, kini redup. Aku memutar-mutar pikiranku. Apa yang terjadi?

"Ada kejadian yang sangat memalukan hari ini," ucap Pak wali kelas dengan suaranya yang mulai meninggi. Pak wali kelas tak langsung duduk Ketika sampai di kelas, namun masih berdiri dengan pandangannya yang tajam ke setiap siswa. Tak lama, pandangan tertuju kepadaku. Aku menelan ludah.

"Tadi bapak dapat laporan bahwa gawai petugas kantin telah hilang, kejadiannya saat jam istirahat tadi. Bapak harap bukan siswa dari kelas ini yang melakukan perbuatan memalukan tersebut," ucapnya mantap.

Keringatku mengalir semakin deras. Kipas angin jadul dengan suaranya yang berisik dan angin dari luar yang masuk melalui jendela tidak berpengaruh apa-apa terhadapku, tetap saja keringatku mengalir. Jantungku berdetak sangat kencang. Entahlah kalau digunakan alat pendeteksi detak jantung, pasti kelihatan kalau aku sedang tidak baik-baik saja. Kakiku yang dari tadi tidak mau berhenti bergerak, kupaksa berhenti. Karena sesuatu yang aku genggam dan yang kuletakkan ke dalam laci adalah gawai petugas kantin. Aku mencurinya saat petugas kantin sibuk melayani siswa lain yang membeli makanan. Aduh tamat riwayatku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline