Hallo!
Kenalin, aku seorang pengangguran intelektual alias Fresh Graduate dari salah satu perguruan tinggi negeri di Jakarta yang masih belum menemukan perusahaan yang mau menampung aku. Sebagai penerima gelar Sociolog, kadang aku berpikir kenapa hingga hampir 1 tahun aku belum sanggup menolong seorang "aku".
Aku rasa semakin kesini aku tidak memiliki tempat untuk bercerita selain Tuhan dan diriku sendiri. Kalian tau gak rasanya berada di hiruk pikuk dengan segala kepusingan yang ada namun kalian tidak menemukan jati diri? Istilah simple-nya sih kalian tidak bisa melakukan apa yang kalian mau hanya karena keterpaksaan dari banyak pihak? Ya, itu yang aku rasakan. Aku sudah susun rencanaku A, B, C, D, E tetapi aku harus menggugurkannya dikarenakan banyak sekali hal yang justru membuatku tidak berdaya.
Lelah berada di circle yang sama? Sudah pasti. Rasanya aku ingin melepaskan yang tidak aku inginkan dan aku ingin menjalani apa yang aku sukai. Kembali lagi ke awal: TUNTUTAN, membuat muak dan beban tiada akhir. Kerap kali aku berharap untuk stop menjadi bagian dari tempat yang fana ini. Oleh sebab itu lah, demi kewarasanku, pelan-pelan aku buang yang menurutku bukan prioritasku lagi. Ada satu waktu aku terbiasa di keramaian, ada satu waktu aku mengusir jauh-jauh.
Seperti lantunan musik "apakabar mimpi-mimpimu, apa kau tinggal begitu saja?" lalu dilanjutkan dengan "Jakarta ramai, hatiku sepi" dan jawabannya adalah "aku tak tahu apa arti rasa ini" - betul sekali, aku penuh tanda tanya dalam diriku. Aku butuh tertidur pulas hingga tak sadarkan diri supaya enggan memperdulikan semuanya. Aku rasa tentram sudah bukan menjadi bagian dari kamus hidupku lagi. Sesuatu yang melegakan menurut kepercayaanku menurutku sekarang ini hanyalah omong kosong belaka. Bahkan aku tidak tau entitas seperti apa yang cocok untuk keberlangsunganku. Layaknya lembah yang kelam, aku berada disana dan tidak terdeteksi. Risau, aku ingin pulang. Kosong, hentikan bergumam.
"Besok kita bahagia yuk." - itu bukan suatu motivasi, melainkan rasa penasaran yang tidak tertuang dan terealisasi saja.
"Jangan lupa, besok harus semangat ya!" - sepertinya arahan tersebut tidak berdampak buatku.
Hari demi hari hanya bisa melihat kemerosotan seorang ciptaanNYA.
Pergi jauh, teman baru, komunitas baru -- mungkinkah?
Nanti cerita soal hari kemarin ya? Sepertinya aku selangkah lebih dahulu mencari masa depan, terlalu tergesa hingga lupa AKU MASIH DIDASAR LAUTAN.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H