Lihat ke Halaman Asli

Enrique Justine Sun

Book and Article Author • Psychology and Philosophy Enthusiast • Organizational Activists

Mengenal Psikologi Forensik: Ilmu di Balik TKP

Diperbarui: 23 Agustus 2024   09:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Image by Alexa from Pixabay

Pernahkah Anda terpukau oleh serial detektif yang mengungkap misteri kejahatan dengan bantuan profil psikologis pelaku? Di balik layar drama menegangkan itu, terdapat ilmu yang kompleks dan menarik bernama psikologi forensik. Psikologi forensik adalah cabang ilmu psikologi yang mengaplikasikan prinsip-prinpsip psikologis pada sistem peradilan. Para ahli psikologi forensik berperan sebagai jembatan antara dunia psikologi dan hukum, membantu mengungkap kebenaran di balik kasus-kasus kriminal yang rumit.

Bayangkan sebuah TKP yang penuh teka-teki. Selain mencari jejak fisik, para penyidik juga perlu memahami pikiran dan perilaku pelaku. Di sinilah psikologi forensik berperan. Dengan menganalisis TKP, perilaku pelaku, dan korban, para ahli psikologi forensik dapat menyusun profil psikologis pelaku. Profil ini mencakup gambaran umum tentang kepribadian, motif, dan kemungkinan tindakan pelaku selanjutnya. Informasi ini sangat berharga bagi penyidik untuk menyempitkan lingkup pencarian dan mengungkap identitas pelaku.

Namun, psikologi forensik tidak hanya berkutat pada kasus-kasus kriminal berat. Bidang ini juga mencakup berbagai aspek lain dalam sistem peradilan, seperti evaluasi kesaksian, penilaian kapasitas mental untuk diadili, serta rehabilitasi para pelaku kejahatan. Psikolog forensik juga berperan dalam membantu korban kejahatan, terutama anak-anak, untuk menghadapi trauma yang mereka alami.

Mengapa Psikologi Forensik Penting?

Psikologi forensik memberikan perspektif yang unik dan berharga dalam memahami kejahatan. Dengan memahami pikiran dan perilaku pelaku, kita dapat mencegah terjadinya kejahatan di masa depan. Selain itu, psikologi forensik juga membantu memastikan bahwa keadilan ditegakkan dengan cara yang manusiawi dan adil.

Tantangan dalam Psikologi Forensik

Meskipun psikologi forensik memiliki peran yang sangat penting, bidang ini juga dihadapkan pada berbagai tantangan. Salah satu tantangan terbesar adalah kompleksitas perilaku manusia. Setiap individu memiliki latar belakang, pengalaman, dan motif yang berbeda-beda, sehingga sulit untuk membuat generalisasi yang berlaku untuk semua kasus. Selain itu, psikologi forensik juga seringkali menjadi pusat perdebatan, terutama terkait dengan penggunaan bukti psikologis dalam persidangan.

Sejarah Singkat Psikologi Forensik

Meskipun konsep psikologi forensik mungkin terdengar modern, akarnya sebenarnya dapat ditelusuri jauh ke belakang. Berikut adalah beberapa tonggak sejarah penting dalam perkembangan psikologi forensik:

  • Awal Mula: Konsep psikologi forensik mulai muncul pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Para psikolog mulai tertarik pada bagaimana pikiran manusia dapat memengaruhi perilaku kriminal dan proses hukum.
  • Alfred Binet: Psikolog terkenal ini dikenal karena mengembangkan tes intelegensi pertama. Tes ini kemudian diadaptasi oleh Lewis Terman untuk digunakan dalam rekrutmen kepolisian, menandai awal keterlibatan psikologi dalam penegakan hukum.
  • William Marston: Pada tahun 1917, Marston menemukan hubungan antara tekanan darah sistolik dan tindakan berbohong. Penemuan ini menjadi dasar pengembangan detektor kebohongan atau poligraf.
  • James Cattell: Cattell melakukan penelitian awal tentang kesaksian saksi mata, menunjukkan bahwa ingatan manusia dapat dipengaruhi oleh sugesti dan informasi yang tidak akurat.
  • Era Modern: Psikologi forensik semakin berkembang pesat pada abad ke-20. Para psikolog mulai terlibat dalam berbagai aspek sistem peradilan, seperti evaluasi kesehatan mental pelaku kejahatan, penilaian kapasitas untuk diadili, dan rehabilitasi.

Perkembangan Psikologi Forensik di Indonesia

Di Indonesia, psikologi forensik masih tergolong bidang yang relatif baru. Namun, minat terhadap bidang ini semakin meningkat seiring dengan perkembangan sistem peradilan di Indonesia. Berdirinya Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia (Apsifor) pada tahun 2007 menjadi tonggak penting dalam upaya mengembangkan psikologi forensik di Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline