Lihat ke Halaman Asli

Enrique Justine Sun

Book and Article Author • Psychology and Philosophy Enthusiast • Organizational Activists

Sampah Lampion pada Saat Waisak

Diperbarui: 10 Juni 2023   17:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar oleh StockSnap dari Pixabay

Lampion merupakan sebuah benda yang diisi dengan cahaya, biasanya lilin atau lampu kecil, yang diletakkan di dalam kerangka atau bingkai yang transparan. Lampion sering digunakan pada perayaan-perayaan agama, termasuk perayaan Waisak.

Sejarah lampion pada perayaan Waisak berasal dari tradisi agama Buddha. Pada zaman dahulu, ketika Sang Buddha masih hidup, para biksu sering membawa lampu untuk menerangi jalan mereka saat melakukan perjalanan malam hari. Lampu-lampu ini juga digunakan untuk menerangi tempat-tempat suci seperti kuil dan pagoda.

Pada saat perayaan Waisak, umat Buddha melakukan perjalanan ziarah ke tempat-tempat suci untuk memperingati kelahiran, pencerahan, dan kematian Sang Buddha. Selama perjalanan ini, umat Buddha membawa lampion sebagai simbol cahaya dan kebahagiaan.

Di Indonesia, perayaan Waisak dimulai pada tahun 1953 di Borobudur, Jawa Tengah. Perayaan ini dihadiri oleh para pemuka agama Buddha dari berbagai negara dan menjadi perayaan Waisak internasional yang pertama di Indonesia.

Sejak saat itu, perayaan Waisak di Indonesia diisi dengan berbagai kegiatan seperti upacara ziarah, doa bersama, meditasi, dan pawai lampion. Pawai lampion pada perayaan Waisak di Indonesia menjadi salah satu atraksi yang sangat populer di kalangan masyarakat.

Lampion-lampion yang dibawa dalam pawai ini sering dihias dengan berbagai gambar atau tulisan yang berisi doa atau harapan. Lampion-lampion ini kemudian diangkat ke atas dan dilepaskan ke udara sebagai simbol kebahagiaan dan kedamaian.

PRADIPA

Lampion atau di dalam bahasa Sanskerta disebut "pradipa" merupakan salah satu simbol yang penting dalam agama Buddha. Lampion dalam agama Buddha memiliki makna yang mendalam dan sering digunakan dalam berbagai perayaan keagamaan, termasuk perayaan Waisak yang memperingati kelahiran, pencerahan, dan kematian Sang Buddha.

Secara simbolis, lampion dalam agama Buddha melambangkan cahaya pencerahan dan kebijaksanaan. Cahaya pencerahan ini melambangkan kebenaran, kebijaksanaan, dan kebahagiaan yang diperoleh melalui pemahaman dan praktik ajaran Buddha. Lampion juga melambangkan penerangan jalan kita dalam mencapai kebahagiaan dan kedamaian.

Dalam ajaran Buddha, lampion juga diasosiasikan dengan tiga ajaran utama yaitu sila (etika), samadhi (konsentrasi), dan prajna (kebijaksanaan). Ketiga ajaran ini merupakan fondasi ajaran Buddha yang utama dan harus dikuasai oleh para pengikutnya untuk mencapai pencerahan.

Dalam perayaan Waisak, lampion sering digunakan sebagai salah satu simbol yang penting. Umat Buddha membawa lampion saat melakukan pawai ziarah untuk memperingati kelahiran, pencerahan, dan kematian Sang Buddha. Lampion juga sering dihiasi dengan berbagai gambar atau tulisan yang berisi doa atau harapan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline