Lihat ke Halaman Asli

Batu Empedu Pasir (Satam)

Diperbarui: 17 Juni 2015   10:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Satam alias Batu Empedu Pasir
Tahun 2015 adalah Tahun Batu, kata sebagian awam yang mulai menggemari batu-batu perhiasan. Mulai dari bacan, kalimaya, garut, giok, agate,  hingga ruby dan intan kini menjadi idola bagi semua orang. Hampir disetiap warung kopi, cafetaria dan tempat nongkrong lainnya batu permata menjadi topik hangat. Seolah tidak ada habisnya bebatuan selalu dibahas mulai dari urat, jenis dan khasiatnya. Para penggemar batu akik dan permata tidak segan-segan merogoh kocek dalam-dalam demi mendapatkan batu idaman.
Setiap daerah penghasil batu permata tanpa disadari dan mulai terkenal karena bebatuannya. Seperti Aceh karena gioknya. Pulau Bacan karena Bacannya dan Kalimantan dengan Kecubung Ungunya dan Pulau Belitung dengan Satamnya.
Fenomena membludaknya penggemar batu permata dan akik tidak mempengaruhi eksistensi batu satam. Batu yang  berasal dari Bahasa Cina yaitu Sa=Hitam dan Tam=Empedu yang warnanya yang hitam pekat ini justru semakin banyak permintaan.
Batu Hitam ini berasal dari meteor yang jatuh ke bumi sejak ratusan juta tahun yang lalu dan ditemukan oleh Ir. N. Wing Easton, seorang berkebangsaan Belanda, pada tahun 1921 di lokasi penambangan pasir kuarsa/timah di kedalaman 20 s.d 50m. Didunia, satam bisa ditemukan di Belitung ( Prov. Bangka Belitung), Australia dan Cekoslowakia.
Batu meteor ini digandrungi wisatawan dari dalam dan luar negeri yang berkunjung ke Pulau Belitung sebagai oleh-oleh. Bentuknya yang khas, unik dan berwarna dipercaya memiliki kekuatan magis mampu menangkal roh-roh jahat yang ingin mengganggu pemakainya (hanya Allah yang mengetahui kebenarannya).
Salah satu kunikannya yang tidak dimiliki oleh batu lain adalah bisa berputar jika kedua ujungnya ditempelkan pada dua buah bidang datar meskipun bentuknya tidak simetris. Jika anda ingin mencoba, ambil sebuah satam dengan ukuran apa saja dan tempelkan kedua ujungnya (atas/bawah) diatas kedua kuku jempol/kaca. Usahakan jari anda tidak bergerak agar batu tidak jatuh dan satam akan berputar dengan sendirinya. Hal ini tentu tidak akan terjadi (berputar) pada ) batu-batu selain satam. Satam juga bisa langsung dipakai tanpa harus dipotong karena tersedia banyak ukuran dan bentuk yang berbeda-beda. Tinggal menyesuaikan dengan cincin atau perhiasan yang diinginkan.
Batu Satam tidak perlu diasah karena dasarnya memang sudah mengkilap. Meskipun ada juga sebagian yang menyukai yang sudah diasah dengan alasan lebih rapi dan mudah dicarikan pengikatnya. Batu yang permukaannya tidak rata dan sepintas mirip dengan permukaan bulan ini (berlubang-lubang seperti kawah dan alur sungai) tidak ada satupun yang sama persis bentuk dan alur/urat nya. Meskipun didapat/diperoleh dari satu orang penambang/ pengerajin. Hal inilah yang menjadikan batu satam eksklusif dan diminati banyak orang. Ditangan pengerajin, selain sebagai hiasan cincin, bros dan liontin, satam juga dibuat sebagai hiasan bagian atas tongkat komando.
ruth15

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline