Anak-anak memiliki beragam sifat, kebiasaan, ciri khas, kemampuan, ketertarikan, dan lainnya. Seringkali orangtua bingung mengapa anaknya bergerak terus atau tidak bisa diam, seperti tidak ada lelahnya. Ada juga orangtua yang megeluh bahwa anaknya yang cerewet, selalu bicara, berisik, membuat kepala Ayah Bundanya pusing. Ada lagi anak yang pendiam, sedikit bicara namun jika sekali berbicara mengatakan ide-ide yang luar biasa, banyak berpikir, sensitif, dan mudah menangis. Masih banyak lagi anak-anak yang dikatakan galak, pemarah, penyayang binatang, senang memberi, suka menunda, sering tidur, dan sebagainya. Kebanyakan orangtua bingung harus berbuat apa dan bagaimana menghadapinya.
Sesungguhnya jawabannya mudah dan sederhana. Ambil contoh misalnya ada dua pengendara sepeda motor yang sepeda motornya mogok di tengah hutan. Pengendara pertama adalah seorang turis yang sedang jalan-jalan mengendarai sepeda motor dan tidak mengerti tentang mesin. Pengendara kedua adalah seorang montir bengkel yang sedang menuju ke tempat temannya. Respon apa yang mungkin muncul dari masing-masing pengendara motor? Sudah bisa ditebak, bahwa respon pada umumnya, pengendara pertama akan bingung, menunggu orang datang membantu, atau marah-marah karena tidak ada yang membantu. Dia bersikap seperti itu karena dia tidak tahu cara memperbaiki sepeda motor yang mogok.
Lalu pengendara kedua sudah jelas apa yang akan dilakukannya. Ia akan memeriksa kerusakan dan memperbaikinya segera. Ia juga membawa peralatan bengkel darurat yang selalu disiapkannya dan memang mengerti cara memperbaiki sepeda motor yang mogok. Dia santai saja, tidak panik sama sekali. Sepeda motornya hidup kembali dan melanjutkan perjalanan.
Maka hal yang bisa kita petik dari cerita tersebut adalah jika kita memiliki banyak wawasan tentang cara menghadapi suatu masalah, respon kitapun akan tenang dan segera memperbaiki masalah yang terjadi.
Karakter Anak
Kita Akan memulainya dengan membahas mengenai kepribadian manusia dari buku personality plus karangan Florence Littauer. Di buku ini, Florence mengangkat ilmu yang sudah ada sejak 400 tahun sebelum masehi yang dipopulerkan oleh Hippocrates. Untuk dapat menolong insan yang memiliki kebutuhan dan kecenderungan berbeda-beda, kita perlu merujuk metode yang juga beraneka macam (Dalai Lama).
Manusia terbagi ke dalam empat kelompok kepribadian yaitu sanguinis, melankolis, koleris, dan plegmatis.
- Sanguinis: Tipe yang ceria, heboh, suka bicara, mudah bergaul, agak ceroboh, pelupa.
Cara mengahadapinya: Karakter sangunis adalah mereka yang ingin selalu diperhatikan, butuh kasih sayang, dukungan dan penerimaan dari orang-orang sekelilingnya. Mereka juga sangat haus pujian. Mereka melakukan segala sesuatu oleh niat untuk mendapatkan pujian. Sekecil apapun pujian dan penghargaan, mereka pasti akan menyukainya. Seandainya dia sedang marah, kita harus lebih sabar untuk bisa menyenangkan hatinya dengan cara mencoba untuk membuat dia perhatian terhadap kita dengan menyuguhkan sesuatu yang menarik hatinya. Jangan sampai kita bersifat acuh terhadapnya. Jangan sekali-kali mengoreksinya ketika dia sedang marah karena marahnya tidak cepat reda. Carilah waktu yang tepat untuk mengingatkannya. Berusahalah untuk menjadi pendengar yang baik.
- Koleris: Tipe pemimpin, tidak suka basa-basi, lugas, keras, percaya diri berlebih, sering merasa diri paling benar. Cara menghadapinya:
Anak-anak bertipe koleris tidak menyukai kritikan. Namun sebaliknya, mereka sangat suka mengkritik orang lain. Mereka suka berdebat, tetapi inti perdebatan itu adalah kemenangan baginya bukan mencari kebenaran. Jadi, jika kita terlibat pedebatan dengan orang-orang koleris, maka usahakan untuk tidak mengkritik opini mereka. Apabila kita tidak menyukai opini mereka, cukup kemukakan opini kita tanpa harus mematahkan opini dan argumentasi mereka.
- Melankolis: Senang merenung, tipe pemikir, teratur, cenderung sensitif, moody. Cara menghadapinya:
Dalam menghadapi karakter melankolis ini memang tidak mudah. Kita harus peka dan segera mengoreksi diri kita sebelum ia mengoreksi kita. Jika ia sedang marah, jangan langsung diajak berbicara. Diamkanlah dan akuilah kesalahan kita walau sebenarnya kita tidak salah. Cara ini lebih aman dan nyaman. Melankolis butuh waktu untuk menenangkan diri karena mereka sibuk memikirkan dan mengoreksi kesalahan orang lain. Biasanya mereka sangat butuh dukungan untuk membenarkan pendapatnya. Untuk mengingatkan kesalahannya, mereka perlu diajak berpikir logis dengan mengembalikan kata-katanya. Kita perlu argumen yang kuat untuk meluluhkan hatinya.
Anak-anak bertipe melankolis menginginkan orang lain bisa memberinya dukungan, terutama dukungan yang bersifat moril. Terkadang mereka tidak bisa memecahkan permasalahan yang sedang mereka hadapi. Oleh karena itu kita harus mendengarkan keluh kesahnya dengan seksama. Jangan memotong pembicaraannya sebelum ia mempersilahkan kita menanggapi permasalahannya.
- Plegmatis: Mencintai kedamaian, menghindari konflik, tenang, lambat, suka menunda. Cara menghadapinya:
Anak-anak bertipe plegmatis tidak menyukai orang-orang yang sama pasifnya atau lebih pasif dari mereka. Pada dasarnya, mereka lebih suka dipimpin dan mencari orang-orang yang bisa memotivasinya. Jika mereka berada dalam masalah, biasanya cuma diam dan butuh waktu lama untuk menceritakan permasalahannya. Mereka paling tidak suka bila dipaksa untuk menceritakan permasalahannya dan lebih suka menangis. Mereka akan berbicara jika suasana hatinya sudah membaik.
Tipe plegmatis lebih suka dengan solusi dan paling tidak suka memperpanjang masalah. Paling tidak ada dua cara menghadapinya. Yang pertama, jangan terburu-buru untuk segera menyelesaikan masalah dengan mereka. Kedua, biarkan saja supaya mereka bisa berpikir lama, menilai, dan mencermati sikapnya sendiri.
Tanpa disadari kita sering kali mencoba memaksakan suatu kepribadian tertentu kepada anak-anak. Padahal kita justru harus belajar menyesuaikan diri dengan kepribadian anak yang berbeda-beda dan mendorong mereka untuk menempuh jalan mereka masing-masing. Ayah dan Bunda akan kesulitan jika memandang hanya ada satu cara mengasuh yang benar.
Gaya Belajar Anak
Selain karakter, dalam kehidupan sehari-hari, sering juga kita dihadapkan dengan anak yang mau belajar dan tidak. Mari kita pahami bagaimana cara belajar anak. Menurut ilmu Neuro Linguistic Programmin (NLP), ada tiga gaya belajar anak, yaitu visual, auditori, dan kinestetik.
- Visual
Gaya Belajar Visual (Visual Learners) menitikberatkan pada ketajaman penglihatan. Artinya, bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu agar mereka paham. Gaya belajar seperti ini mengandalkan penglihatan, yakni melihat dulu buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya.
- Ciri-ciri gaya belajar visual:
- Cenderung melihat sikap, gerakan, dan bibir guru yang sedang mengajar
- Bukan pendengar yang baik saat berkomunikasi
- Saat mendapat petunjuk untuk melakukan sesuatu, biasanya akan melihat teman-teman lainnya baru kemudian dia sendiri yang bertindak
- Tak suka bicara di depan kelompok dan tak suka pula mendengarkan orang lain. Terlihat pasif dalam kegiatan diskusi
- Kurang mampu mengingat informasi yang diberikan secara lisan
- Lebih suka peragaan daripada penjelasan lisan
- Dapat duduk tenang di tengah situasi yang ribut dan ramai tanpa terganggu
- Strategi untuk mempermudah proses belajar anak visual
- Gunakan materi visual seperti gambar-gambar, diagram, dan peta
- Gunakan warna untuk menandai hal-hal penting
- Ajak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi
- Gunakan multi-media (contohnya komputer dan video)
- Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar
- Auditori
Gaya belajar Auditori (Auditory Learners) mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. Karakteristik model belajar seperti ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya, anak harus mendengar, baru kemudian bisa mengingat dan memahami informasi itu.
- Ciri-ciri gaya belajar Auditori:
- Mampu mengingat dengan baik penjelasan guru di depan kelas, atau materi yang didiskusikan dalam kelompok/kelas
- Pendengar ulung, yakni anak mudah menguasai materi iklan/lagu di tv/radio
- Cenderung banyak bicara
- Tidak suka membaca dan umumnya memang bukan pembaca yang baik karena kurang dapat mengingat dengan baik apa yang baru saja dibacanya
- Kurang cakap dalm mengerjakan tugas mengarang/menulis
- Senang berdiskusi dan berkomunikasi dengan orang lain
- Kurang tertarik memperhatikan hal-hal baru di lingkungan sekitarnya, seperti hadirnya anak baru, adanya papan pengumuman di pojok kelas, dll
- Strategi untuk mempermudah proses belajar anak auditori
- Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di dalam keluarga
- Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras
- Gunakan musik untuk mengajarkan anak
- Diskusikan ide dengan anak secara verbal
- Biarkan anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan dorong dia untuk mendengarkannya sebelum tidur
- Kinestetik
Gaya belajar Kinestetik (Kinesthetic Learners) mengharuskan individu yang bersangkutan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar ia bisa mengingatnya. Biasanya, hanya dengan memegangnya saja, anak bisa menyerap informasi tanpa harus membaca penjelasannya.
- Ciri-ciri gaya belajar Kinestetik
- Menyentuh segala sesuatu yang dijumpainya, termasuk saat belajar
- Sulit berdiam diri atau duduk manis, selalu ingin bergerak
- Mengerjakan segala sesuatu yang memungkinkan tangannya aktif. Contoh: saat guru menerangkan pelajaran, dia mendengarkan sambil tangannya asyik menggambar
- Suka menggunakan objek nyata sebagai alat bantu belajar
- Sulit menguasai hal-hal abstrak seperti peta, simbol dan lambang
- Menyukai praktek/percobaan
- Menyukai permainan dan aktivitas fisik
- Strategi untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik
- Jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam
- Ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya (contohnya: ajak dia baca sambil menggunakan obyek sesungguhnya untuk belajar konsep baru)
- Izinkan anak untuk mengunyah permen karet pada saat belajar, jika anak meminta
- Gunakan warna terang untuk menandai hal-hal penting dalam bacaan
Kemampuan anak dalam menangkap materi dan pelajaran tergantung dari gaya belajarnya. Kita tidak bisa memaksakan seorang anak harus belajar dengan suasanan dan cara yang kita inginkan karena setiap anak memiliki tipe atau gaya belajarnya masing-masing. Banyak anak menurun prestasi belajarnya di sekolah karena belajar tidak sesuai dengan gayanya. Anak akan mudah menguasai materi pelajaran dengan menggunakan cara belajar mereka masing-masing.
Bahasa Cinta Anak
Untuk semakin memahami dan dekat dengan anak, kita masuk dalam teori Dr. Gary Chapman tentang lima bahasa cinta anak.
- Kata-kata (Word of Affirmation). Memberikan kata-kata yang membuat anak bahagia. Seorang anak merasa disayang jika mendapatkan pujian dan kata-kata yang memberi semangat.
- Sentuhan (Physical Touch). Seorang anak merasa disayang jika mendapatkan sentuhan dengan penuh kasih sesering mungkin dan pada saat tertentu.
- Hadiah (Receiving Gifts). Memberikan hadiah untuk apresiasi kepada anak. Bagi yang bahasa kasihnya hadiah, kejutan-kejutan kecil akan sangat menyenangkan untuk dirinya. Namun, bukan berarti hadiah harus selalu dalam bentuk barang yang mahal. Kreativitas, usaha Anda untuk mendapatkannya, dan unsur kejutannya punya peranan penting.
- Quality Time (saat-saat yang berkesan). Fokus pada anak untuk bersenang-senang atau aktivitas bersama pada waktu tertentu. Pastikan Anda 'hadir' setiap kali sedang bersamanya. Bukan hanya hadir secara fisik, tetapi juga perhatian Anda.
- Pelayanan (Acts of Services). Melayani anak saat sakit, saat butuh bantuan, saat ingin berkemah, piknik, saat berangkat sekolah. Misalnya membersihkan rumah, membuat rumah tampak rapi, menyiapkan sarapan dan makan malam, menyetrika bajunya, mengantar ke tempat bermain atau ke tempat lain.
Sistem keluarga bisa layu dan perkembangan anak-anak menjadi tidak seimbang, kecuali jika hubungan dalam keluarga dibentengi dan diberi kesempatan untuk berkembang, dan tiap anggota keluarga memiliki kesempatan untuk berkembang (Virginia Satir).