Lihat ke Halaman Asli

Muaz

Penulis

Banyak Anak Dianggap ADD (Attention Deficit Disorder)

Diperbarui: 15 Desember 2024   21:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi anak-anak sedang beraktivitas (Pexels/Lukas)

Anak-anak yang dianggap kelainan kurang perhatian atau Attention Deficit Disorder (ADD) seringkali dianggap masalah di sekolah-sekolah. Bermasalah karena anak-anak ADD sulit untuk mengikuti alur kegiatan sekolah, seperti memperhatikan guru terus-menerus, duduk diam dan tenang, rapih, mengikuti instruksi dari guru kelas, dan mengerjakan tugas secara teratur. Banyak sekali anak-anak ADD yang tidak diterima di sekolah-sekolah umum / reguler karena alasan tersebut. Mereka biasanya bisa diterima di sekolah khusus yang dapat menangani anak ADD. Bahkan beberapa anak sampai dimasukkan di Rumah Sakit Jiwa. Mungkin sekolah dan guru pada umumnya  bukannya tidak mau menerima mereka, hanya saja mayoritas guru belum mengerti bagaimana cara menangani anak-anak ADD. Mungkin jika mayoritas guru menguasai keilmuan mengenai pengajaran anak berkebutuhan khusus, anak-anak ADD akan bisa bersekolah dengan leluasa seperti anak-anak pada umumnya. Itulah yang menjadi impian kita semua. Mari kita bermimpi untuk berharap agar mayoritas guru menguasai keilmuan tentang anak-anak ADD, di samping keilmuan mereka masing-masing.

Di artikel ini kita akan membahas mengenai anak-anak yang dianggap ADD. Menurut Laurie Parson (seorang ibu dari anak ADD dan rekan penulis buku "Anak-anak yang berotak kanan di dunia yang berotak kiri"), melalui tes dominasi otak, bahwa anak-anak yang dianggap ADD sebenarnya adalah anak yang dominan di belahan otak kanan. Mereka termasuk dalam kelompok pemecah masalah yang kreatif, intuitif, dan menyeluruh tetapi tidak kuat dalam ketelitian dan pengorganisasian. Itu sebabnya mereka tidak betah berada di dalam wilayah keteraturan dan monoton. Karena sekolah pada umumnya menekankan ketepatan waktu, kesesuaian jadwal, dan kedisiplinan, maka anak-anak ADD akan selalu mengalami kesulitan.

Jeffrey Freed, M.A.T., seorang konsultan pendidikan swasta, yang telah bekerja sama dengan lebih dari seribu anak berbakat dan ADD di kawasan metropolitan Denver (Colorado, Amerika Serikat), telah membantu mengubah kehidupan anak-anak berbakat dan ADD menjadi lebih baik. Mari kita simak mutiara-mutiara dalam penjelasanya mengenai anak-anak ADD berikut.

Freed menjelaskan bahwa semua anak yang dicap ADD itu cenderung menggunakan otak kanan dan memiliki gaya belajar visual. Daripada memusatkan perhatian pada kekurangan-kekurangan anak-anak ADD yang cenderung dilakukan oleh sekolah-sekolah dan para dokter, Freed menekankan pada kekuatan mereka yang sebenarnya banyak sekali. Anak-anak itu kreatif, bisa memecahkan soal-soal matematika yang sulit dalam kepala mereka, dan merupakan pembaca cepat yang sangat baik. Mereka cenderung kurang berprestasi di sekolah karena para pendidik cenderung menggunakan otak kiri: pemroses auditori (stimuli lewat pendengaran) yang sangat berorientasi pada detail, yang memandang pembelajar visual sebagai orang "cacat". Freed mengatakan bahwa yang dibutuhkan anak-anak itu bukanlah resep obat, melainkan metode pengajaran yang berbeda.

Kemudian kita perlu mengenali kekuatan-kekuatan hakiki mereka dan meningkatkan harga diri dan antusiasme mereka untuk belajar. Kebanyakan anak berbakat dan boleh dikatakan semua anak penderita ADD memiliki gaya belajar yang sama. Singkatnya, mereka semua adalah pemroses informasi yang sangat visual, tidak berurutan, yang belajar dengan mengingat citranya dan dengan mengubah kata-kata menjadi gambaran mental. Teknik-teknik mengajar yang sangat efektif bagi murid-murid berbakat yang cenderung menggunakan otak kanan, juga efektif bagi penderita ADD. Gagasan ini merupakan suatu gagasan yang sederhana tetapi revolusioner.  

Betapa menyegarkan pikiran kita dengan wawasan yang dipaparkan Freed mengenai anak-anak ADD. Kini ada solusi untuk anak ADD agar memiliki kualitas hidup yang lebih baik dan bisa menggapai masa depan dan impian-impian mereka. Dari penjelasan Freed, pikiran kita rasanya telah terbuka dan memunculkan optimisme dalam memandang anak dan kreativitas kita dalam mendidik anak. Mari kita terus meningkatkan wawasan dan menikmati keindahan ilmu-ilmu tentang anak, pengasuhan dan pengajaran. Mari kita juga meningkatkan kesadaran untuk melihat tanda-tanda kebesaran Tuhan dalam keindahan keilmuan tentang anak.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline