Cerita Cinta dari Mama Rina
Malam itu di sebuah bukit ada sesuatu yang menyebabkan tanah bergetar dan langit bernyanyi. Terasa sekali ada kehidupan yang penuh semangat di sana. Ada cerita yang pantas diceritakan kepada dunia. Apalagi kalau bukan cerita cinta. Cerita cinta yang tak habis diceritakan dan tak habis untuk diwartakan. Seperti Yesus yang selalu mewartakan kasih di sepanjang masa.
Seorang wanita tangguh, dengan panggilan akrab Mama Rina, berada di tempat itu. Di bukit yang dinamai Bukit Sion, yang berada di Kabupaten Tanjabbar Propinsi Jambi, tempat yang dingin itu menjadi hangat oleh kedatangannya. Dia memberi kehangatan dan harapan bagi ibu-ibu, dan para remaja yang menyediakan diri untuk menjadi pelayan Tuhan sebagai pendamping sekolah minggu.
Hentakan dari kata-katanya menunjukkan semangat yang luar biasa dari seorang ibu dengan dua anak yang berdomisili di Jambi itu.
Pengalaman pribadi sebagai guru sekolah minggu ia bagikan dengan riang hati kepada umat se Pos Pelayanan Simpang Rambutan. Bagaimana ia bergelut dengan waktu dan masalah sehingga tetap membersamai anak-anak kecil sebagai pemilik kerajaan surga. Luar biasa apa yang dilakukan, melayani dengan hati dengan semangat kasih.
Sekolah minggu diadakan sebagai wadah untuk mengajak anak-anak mengenal Tuhan. Begitu sayangnya Tuhan kepada anak-anak, sehingga membiarkan anak-anak datang kepada-Nya. Dan melarang siapa saja yang menyesatkan anak-anak.
Mat 18:6, Tetapi barang siapa yang menyesatkan salah satu anak-anak kecil ini yang percaya kepadaku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ditenggelamkan dalam laut.
Mama Rina menyediakan diri untuk melayani Tuhan melalui anak-anak sekolah minggu. Waktu yang diberikan kepada mereka adalah waktu yang utuh, bukan waktu sisa. Dengan perencanaan dan persiapan yang matang ia akan sangat nyaman berada di tengah anak-anak sekolah minggu. Sebuah pemberian utuh dari seorang wanita yang ingin melayani dengan hati dibarengi dengan semangat kasih. Di samping pekerjaannya di sebuah rumah sakit yang cukup menyita waktu, masih ada waktu untuk melakukan hal yang banyak orang belum tentu mau melakukannya.
Ia bertahan sampai saat ini bukan tanpa rintangan. Banyak hal yang membuat jalan itu tidak selalu rata. Tetapi kemauan yang kuat untuk melayani Tuhan mengalahkan banyak hal. Cintanya kepada anak-anak seperti cintanya kepada Tuhan.
Rintangan itu antara lain berasal dari para orang tua, yang enggan mengantarkan anak-anak ke sekolah minggu. Untuk hal ini, Mama Rina memiliki ayat andalan sehingga orang tua pun "bertobat" dan akhirnya dengan senang hati mengantarkan anak-anaknya ke sekolah minggu. Ayat andalan di atas yang menjadikan banyak orangtua melakukan "pertobatan itu". Bahkan terjalin kerjasama di antara mereka sehingga keberadaan sekolah minggu menjadi semakin nyata. Anak-anak mulai ambil bagian dalam perayaan misa, sebagai dirigen, pemazmur, kelompok kor, atau pun penari pada event-event tertentu. Anak senang, orangtuanya bangga, dan tentunya suka cita bagi Mama Rina sendiri.
Meskipun tanpa gaji, tanpa uang transport, tanpa uang makan, Mama Rina mendapatkan kebahagiaan luar biasa dari senyum dan tawa anak-anak sekolah minggu. Berkat melimpah atas pemberian diri yang tulus untuk melayani Tuhan melalui anak-anak kecil si empunya kerajaan surga.