Lihat ke Halaman Asli

Theresia Sumiyati

https://www.kompasiana.com/theresiasumiyati8117

Tidak Cukup Hanya Marah, Musyawarahlah untuk Menyelesaikan Masalah

Diperbarui: 12 Juni 2023   16:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Koleksi pribadi

Memperhatikan tayangan berita di televisi, sering sekali muncul berita kriminal setiap harinya. Masalah yang besar maupun yang kecil-kecil mampu menyulut terjadinya tindak criminal tersebut. Bukan hanya dialami oeh orang dewasa, tetapi remaja dan anak-anak juga melakukannya.

Saling mengejek, tersinggung menyebabkan seorang anak mengaiaya temannya. Para remaja ketika pulang sekolah selisih pendapat dengan temannya kemudian melakukan tawuran di jalan sehingga warga merasa takut untuk melintas di jalan tersebut.

Kerumunan warga yang menunggu kedatangan jenazah menjadi sasaran sebuah kelompok yang berseteru, karena dikira kerumunan tersebut adalah lawannya.

Istri-istri menganiaya, mencederai suami hingga menimbulkan kematian. Hal ini juga terjadi sebaliknya, suami-suami kepada istri.

Orang tua membunuh anaknya atau sebaliknya, ini juga sudah sering terjadi.

Masalah memang selalu ada, seakan ikut berjalan bersama dengan kehidupan manusia. Dengan adanya masalah manusia dituntut untuk bergerak, berpikir, dan mencari solusi.

Negara kita memiliki Pancasila. Sila ke-4 mengajak semua bangsa Indonesia untuk bermusyawarah dalam rangka mencari  mufakat.

Musyawarah kecil-kecilan bisa dimulai dalam keluarga. Hal paling sederhana, mementukan tempat berlibur. Jika dalam keluarga terdiri dari 4 orang, ada kemungkinanakan muncul 4 pendapat yang berbeda.

Musyawarah yang dilakukan akan menyatukan 4 suara itu dengan mempertimbangkan untung ruginya. Maka akan didapatkan sebuah solusi.

Sebuah masalah tidak bisa diselesaikan dengan emosi yang tinggi, harus rela menurunkan emosi agar kepala tetap dingin tetapi hati tetap hangat.

Penyelesaian masalah yang gegabah, tidak hati-hati, tidak berpikir panjang, hanya mengedepankan emosi, pikiran tidak jernih, akan menimbulkan masalah baru. Seperti beberapa kejadian yang ditayangkan di televisi. Cekcok dalam rumah tangga diselesaikan dengan bacokan parang. Masalah tidak selesai begitu saja. Yang terluka harus dirawat di rumah sakit dengan biaya cukup banyak. Yang melukai harus rela diikat tangannya, digiring ke kantor polisi, mungkin juga mendapat sanksi yang tidak ringan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline