Indahnya Berbagi
Hampir setiap hari saya melewati jalan DI Panjaitan. Di sepanjang jalan yang saya lewati ketika berangkat dan pulang kerja, sering saya temui beberapa penyapu jalan yang setia melaksanakan tugas dan kewajibannya. Mereka setiap pagi melakukan pekerjaan itu. Tak peduli cuaca yang terjadi. Kadang sangat bersahabat, namun tak jarang hujan deras yang membuat suasana sangat dingin. Air hujan yang mengguyur di badan pada pagi hari membuat badan menggigil, bahkan bisa menjadi sakit.
Tetapi mereka para penyapu jalan itu seolah tak menghiraukan. Apa pun yang terjadi mereka tetap melakukan pekerjaannya. Tentulah kesetiaan terhadap tugas membuat mereka tak melalaikan begitu saja. Hari-hari dijalaninya dengan ikhlas, bahkan pada saat puasa di bulan Ramadan ini.
Apa yang mereka kerjakan membuat lingkungan menjadi bersih dan rapi. Sampah daun yang berserakan di tepi-tepi jalan dikumpulkan dalam bak sampah dorong yang besar. Kemudian berpindah ke tempat lain untuk melakukan hal yang sama. Sapu, bak sampah dorong, itulah teman mereka setiap pagi. Jika pagi hari turun hujan ia mengenakan mantel untuk melindungi dirinya.
Pernah suatu saat saya melihatnya mantel yang dikenakan tak lagi utuh. Sobek memanjang di bagian kaki kanannya. Namun ia tetap bertahan dengan keadaan itu. Tetap melakukan pekerjaan sampai selesai. Itulah pengorbanan mereka. Perjuangan mereka untuk mendapatkan penghidupan bagi keluarganya. Perjuangan yang sangat keras, dengan imbalan yang belum tentu sesuai.
Saya mengalami kebahagiaan pada saat ulang tahun keluarga. Saya, suami, dan anak secara berurutan berulang tahun di bulan ini. Sebuah kebahagiaan yang wajib disyukuri. Tuhan memberi kebahagiaan untuk bisa menikmati udara baru di dunia ini, pantaslah saya mensyukurinya. Saya ingin berbagi kebahagiaan kepada sesama. Mereka yang setiap hati kutemui di jalan itu adalah sesamaku, saudaraku. Meskipun mereka tidak mengenalku, aku pun tidak mengenal mereka, tetapi mereka tetap saudaraku. Sama-sama makhluk ciptaan Tuhan yang tanpa daya jika tidak ditopang oleh kekuatan-Nya. Manusia adalah sebutir debu yang tak berguna, tetapi menjadi sangat berharga di mata Tuhan.
Saya tidak memiliki rezeki berlimpah seperti seorang konglomerat. Rezeki saya hanya cukup. Namun hal itu tak menghalangi niat untuk tetap berbagi kepada mereka. Hanya sedikit namun berharap bisa berguna bagi mereka sekedar untuk membantu makan mereka dalam sehari. Kusisihkan bagian dari gaji saya yang tidak banyak untuk mereka. Saya membeli bahan makanan yang merupakan kebutuhan sehari-hari. Beras dan minyak goreng saya berikan kepada mereka dengan tulus ikhlas. Semoga niat baik ini akan memberi manfaat kepada mereka.
Melihat wajah mereka berbinar saat menerima bingkisan saya yang tak seberapa ini rasanya saya bahagia sekali. Ternyata memberi kebahagiaan kepada orang lain itu lebih membahagiakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H