Seseorang yang sedang berbicara tentu ingin didengarkan oleh orang lain. Seorang ibu ingin didengarkan oleh suami atau anaknya. Seorang suami tentu juga ingin didengarkan oleh istri dan anaknya.
Seorang guru berbicara ingin didengarkan oleh para muridnya. Seorang anak yang berbicara ingin didengarkan oleh orangtuanya.
Akan tetapi keadaan tersebut sering terhalang oleh hal-hal yang terkadang alasannya tidak jelas. Hal ini sering terjadi pada sosok yang lemah yaitu anak-anak.
Seorang anak yang sedang berbicara kadang tak mendapat tempat di telinga dan hati orang tuanya. Kalimat belum selesai disampaikan olehnya langsung dipotong oleh para orang tua yang merasa paling tahu kehendak anak-anaknya.
Bahkan yang lebih parah lagi anak baru mulai buka mulut langsung disergap dengan kata kasar oleh orangtuanya. Dengan mengatakan "diam" dalam nada tinggi membuat anak semakin tak berdaya. Ia lemah dan semakin lemah.
Perlu dicoba hal-hal berikut agar orangtua bisa mendengarkan, dan anak merasa dihargai.
1. Mendengarkan pembicaraan anak sampai selesai.
Pembicaraan yang terpotong akan mengakibatkan rasa kesal bagi seseorang, tak terkecuali bagi anak-anak. Para orangtua tak mau seorang pun memotong pembicaraan.
Demikian juga yang dialami oleh anak-anak. Dengan mendengarkan kalimat yang diucapkan anak sampai selesai, tidak sepotong-sepotong, orang tua akan mengerti maksud dari anak tersebut.
Meskipun kata-kata anak itu sering tidak terstruktur, tetapi jika didengarkan sampai akhir maka akan ada sedikit titik terang tentang apa yang diinginkannya.
Jika terjadi ketidakpahaman orangtua terhadap apa yang disampaikan anak, bisa saja orangtua meminta untuk mengulangi, atau meraba-raba maksud dan tujuannya kemudian mengkonfirmasi kepada anak tentang kebenarannya.