Lihat ke Halaman Asli

Sisa Jajanmu, Deritaku

Diperbarui: 14 September 2015   21:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya dan teman-teman memasuki ruang convenience store yang terang dan sejuk, terdengar bunyi bel dan sapaan dari para karyawan menyambut kami. Setelah kami memilih dan membayar makanan kami masing-masing, kamipun beranjak menuju area makan pengunjung untuk menyantap. Namun sesampainya di meja kami masih harus membereskan sisa sampah dan makanan dari pengunjung yang duduk disana sebelumnya. Sedihnya, ini adalah skenario yang cukup sering terjadi di ibu kota.

Salah satu kebiasaan dari penduduk ibu kota masa kini adalah untuk mengunjungi   convenience store   semacam Seven Eleven, Mini Stop, Family Mart, atau toko sejenisnya. Convenience store   adalah salah satu tempat favorit sebagaian orang untuk hanya sekedar membeli barang atau bahkan untuk menghabiskan bersama teman. Kita bisa menemukan convenience store   di hampir setiap sudut kota. Tempatnya yang nyaman dan harga yang terjangkau menjadi alasan utama mengapa convenience store   tidak pernah sepi pelanggan.

Convenience store  masa kini adalah bawaan dari luar negeri, namun memang sifatnya sedikit bergeser dibanding saudara aslinya di luar sana. Sebagian besar convenience store  di Jabodetabek menyediakan meja dan kursi untuk para pelanggannya. Sering, saat hendak duduk di meja masih terdapat banyak bekas makanan atau minuman yang masih berserakan. Padahal, apabila toko sejenis convenience store  ini aslinya tidak menyediakan staf cleaning service yang bertugas untuk membereskan meja. Maklum, di negara-negara maju tempat asalnya, convenience store  itu dirancang agar para pengunjungnya bisa melayani diri mereka sendiri, alias self-service.

Namun, kebanyakan pengunjung di convenience store  Jakarta justru terbiasa meninggalkan bekas makanan dan minuman di atas meja. Bagi saya, hal tersebut adalah hal yang cukup menyebalkan. Padahal tempat sampah untuk membuang sisa-sisa konsumsi tersebut umumnya tersedia di sekitar lokasi. Apa susahnya untuk membereskan bekas makanan atau minuman yang telah kita konsumsi sebelum kita pergi dari meja tersebut? Kurangnya kesadaraan akan kepentingan orang lain adalah masalah dari kebiasaan tersebut.

Mungkin ada sebagian orang yang beralasan, “Untuk apa membereskan sisa sampah saya, kalau orang lain tidak membereskan sisa sampah mereka saya akan tetap dirugikan. Enak di dia dong?”  Boleh dibilang ini adalah pola pikir tidak mau dirugikan. Seandainya semua orang memiliki kesadaran untuk membereskan sisa sampah mereka masing-masing, tentunya hal ini tidak akan menjadi masalah. Boleh dibilang sudah akan menjadi norma atau perjanjian yang diterima umum, sama-sama tidak ingin merepotkan orang lain karena tahu tidak enaknya direpotkan.

Atau mungkin ada pola pikir lain yang merasa “Tidak perlu membereskan, nanti juga akan dibereskan oleh petugasnya, kan mereka sudah digaji?.” Bahkan sering perilaku ini disertai dengan perlakuan yang kurang sopan kepada petugas yang sudah melayani. Kalau pola pikir yang ini, mungkin lebih cocok disebut pola pikir manja dan minta dilayani.

Lucunya, masih ada yang bangga dengan perilaku seperti ini, padahal perlakuan dan pola pikir semacam ini justru menandakan ketidakdewasaan, bagaimana bangsa kita mau maju kalau untuk hal sesederhana mengumpulkan sampah dan membuat di tempatnya saja masih malas? Mampu membayar hot dog belasan ribu tapi kelakuan seperti orang yang tidak pernah diajarkan oleh orang tua dan guru untuk membuang sampah pada tempatnya.

Tapi tentu saja hidup itu pilihan, kita bisa memilih untuk berlaku selayaknya manusia modern yang berpendidikan, atau anda bisa memilih untuk bertingkah seperti anak manja aji mumpung memalukan. kalau anda bisa membaca tulisan ini di internet harusnya sudah modern dan berpendidikan dong?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline