Overtinking sebagai topik pilihan, wah menarik sekali...saking pingin nulis tapi belum punya waktu duduk dan menulis....waduh..membuatku sulit konsentrasi. Sering sekali aku mengalami overtingking , sejak masa kanak-kanak sampai saat ini.
Saya bukan spikolog atau belajar psikologi hanya sering mengalami dan terganggu dengan overtinking . Dari sini saya mau coba ungkapkan pengalaman dan perenungan saya tentang overtinking . Karena overtinking , membuat aku sulit tidur dan kepala pusing.
Hal-hal yang membuatku overtinking:
1. Terlalu senang
Karena senang yang berlebihan membuat sulit tidur. Hal ini lebih sering saya alami saat masih kanak-kanak, sekarang tidak lagi. Misalnya besuk akan pentas menari. Waduh saking senengnya mau pentas sampai sulit tidur. Menari berarti tampil cantik, didandani dengan kostum menari yang gemerlapan, didandani cantik dan menari di panggung dan ditonton orang banyak. Wow saat- saat yang membahagiakan sekaligus mendebarkan. Berdebar karena takut salah, takut lupa. Perasaan-perasaan ini campur aduk menjadi satu sehingga terbayang terus dipelupuk mata sehingga mata sulit terpejam.
2.Terlalu sedih
Terlalu sedih, membuatku sulit tidur, misalnya saat Bapakku meninggal dan tidak bisa pulang ke tanah air, untuk melihat bapak terakhir kali karena anakku sedang dirawat di rumah sakit. Kesedihan yang sangat dalam, tidak hanya membuat overtinking tetapi hampir kehilangan kesadaran. Aku katakan kehilangan kesadaran karena saking sedihnya dan overtinking, saya hampir lupa menginjak rem saat menyetir dan hampir saja terjadi kecelakaan.
Dari sini saya mengerti overtinking karena kesedihan yang mendalam perlu perhatian dan pengertian. Saat-saat seperti ini perlu seseorang yang sungguh mendapingi, mendengar, memahami dan mencintai. Overtinking karena duka yang mendalam ini perlu waktu untuk pulih lagi. Suami, anak-anak, ibu, mertua yang mencintai dan memahamiku membuatku pelan-pelan bisa berfikir tenang kembali. Terlebih saat anakku sudah sehat kembali, aku bisa pulang ke tanah air dan mengunjungi makam bapakku. Mulai berfikir positiv bahwa aku tidak pernah melihat bapakku dalam keadaan meninggal, jadi dalam ingatanku hanya bapak yng sehat, segar dan hidup.
3. Gampang tersinggung
Hal ini pernah aku alami saat rapat pengurus perkumpulan masyarakat Katholik di Frankfurt, di mana aku menjadi salah satu pengurus. Saya begitu tersinggung hanya karena tanggapan yang secara tidak langsung menyinggungku. Saat itu aku sulit menahan perasaan, menangis dan membela diri. Dalam perjalanan pulang kebetulaan bersama dengan seorang student, aku masih sedih sekali dan sepanjang jalan masih membahas masalah itu. Sampai-sampai student yang baik hati itu mengatakan "sudahlah tante, lupakan saja supaya tante tidak hancur sendiri, Tante bermaksud baik, tetapi tidak semua orang bisa melihat itu"
Meskipun aku mengiyakan kata-kata student tersebut tetapi baru sampai ke telingaku, belum sampai dalam hatiku.