Penggunaan bahasa Indonesia pada zaman yang serba canggih ini memberi dampak pada perkembangan bahasa. Banyaknya berbagai kalangan yang pandai dalam berbagai bahasa terutama bahasa gaul, menjadi bagian dalam berinteraksi. Selain itu penulisan yang menyelipkan bahasa gaul, berbicara dengan bahasa gaul, hingga iklan yang menyisipkan bahasa gaul menuntut masyarakat pandai mengolah bahasa. Akibatnya pengetahuan dan wawasan yang luas meminta masyarakat untuk maksimal dalam penggunaan bahasa. Dapat dikatakan bahwa antara bahasa yang satu dengan bahasa lainnya saling memengaruhi.
Bahasa sehari-hari yang digunakan haruslah bahasa Indonesia, tetapi penggunaan bahasa Indonesia semakin hari semakin mengalami pemudaran. Pemudaran ini terjadi sering kali terdengar dari berbagai kalangan, dalam artikel ini kalangan milenial yang dimaksud. Mereka lebih sering menggunakan kosakata "alay". Anggapan mereka bahwa bahasa yang mereka gunakan semata untuk pergaulan. Semakin sering menyisipkan bahasa "alay" dalam percakapan, akan semakin dianggap gaul atau memiliki kemampuan lebih dibanding dengan teman lainnya. Proses komunikasi yang seperti inilah akan membuat eksistensi bahasa Indonesia semakin menurun.
Dalam situasi bahasa gaul baik lisan maupun tulisan, sering ditemukan milenial yang menyelipkan kata gaul dalam kalimat yang digunakan untuk berinteraksi dengan teman sebayanya. Jika dalam suatu percakapan, lawan bicara minim variasi bahasa tentu akan menimbulkan masalah tertentu. Oleh karena itu, mereka yang sering menggunakan bahasa gaul akan dianggap lebih memiliki popularitas. Bahasa gaul akan muncul dan selalu berkembang sesuai situasinya masing-masing. Contoh kata gaul yang diselipkan dalam bahasa Indonesia:
Jayus banget sihh
dia orangnya mageran
sabilah malam ini kita nonton
ayo gercep dong
jangan lupa besok japri ya
lagi gabut ahh
susah bett ujian kemarin
sokin bentar