Lihat ke Halaman Asli

Theresia Angka Wijaya

seorang penulis

Kelopak Kebahagian itu Berbagi (lah)

Diperbarui: 1 Oktober 2016   18:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sejenak kecil sampai dewasa ini, saya tidak pernah merayakan ulang tahun dengan pesta yang sangat meriah seperti sebagian besar orang merayakan sebagai ucapan syukur kepada Tuhan Yang Esa atas perpanjangan nafas kehidupan hingga saat ini. Memang terasa aneh dan asing, jika di tanggal kelahiran kita yang datang setiap tahunnya tidak ada rencana spesial untuk memperingatinya apalagi saat saya menerima undangan ulang tahun dari teman– teman.

Percaya atau tidak, alasan orang tua saya tidak pernah mengadakan pesta ulang tahun karena tidak akan ada tamu yang berkenan untuk menghadirinya meskipun mereka telah mendapatkan kartu undangan dan akan disediakan jamuan makanan minuman yang enak serta tidak diharuskan membawa kado pula karena sejak kecil hingga sekarang saya tidak mempunyai teman di lingkungan terdekat seperti sekolah. Ini adalah sebuah fakta yang menyakitkan untuk dibagikan kepada anda pembaca di kompasiana, akan tetapi akan selalu ada jalan yang indah untuk saya dari kekurangan itu.

Orang tua tahu saya selalu dibully dari duduk di bangku SD hingga SMA oleh teman – teman sekelas atau seangkatan baik dari perbuatan dan perkataan. Telinga ini sudah “tuli” karena terlalu sering mendengarkan ucapan yang jahat dan kotor yang dilotarkan teman-teman saya yang tak berkemanusian, dan kulit tangan ini sudah “mati rasa” karena sering kali mendapatkan pukulan ringan atau pun berat dari mereka. Jujur, hingga menulis artikel ini saya tidak tahu apa alasan saya dibully sehingga tidak mempunyai teman. Mungkin ini sudah kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa, dan saya percaya bahwa di setiap tetesan air mata kesedihan ini pasti ada tetesan bahagia yang akan datang dan menghujani kehidupan saya sekarang, esok, dan selama – lamanya.

Saya merasakan kesedihan dan kesendirian setiap tahunnya tepatnya di saat hari ulang tahun tiba, selalu saja derai mata yang menjadi kawan setia. Saat tanggal kelahiran kembali menyapa dan menunjukkan usia saya telah 22 tahun, saya menguatkan hati untuk tidak larut dalam kesedihan dan kesendirian seperti tahun-tahun kemarin. 

Mentari pagi menyapa dari buaian mimpi semalam, hari ini adalah hari ulang tahun yang ke 22 dan saya berfikir sejenak untuk mengisi hari spesial ini dengan melakukan satu kegiatan yang membawa kebahagian bagi orang lain dan diri saya sendiri. Saya binggung waktu itu, masih berfikir tanpa sengaja mata ini melihat seorang anak tuna netra yang mendekat sambil membawa gelas plastik meminta uang untuk mengisi perutnya yang kurus. 

Tersirat sebuah ide dalam benak ini, apa yang akan saya lakukan di hari spesial ini yaitu berganti pakaian, mengambil dompet lalu bergegas pergi ke sebuah rumah makan memesan beberapa kotak nasi campur dan jus jeruk untuk dibagikan kepada anak – anak jalanan. Sepulang dari kegiatan berbagi itu, saya tidak merasakan kesedihan lagi tetapi merasakan kebahagian yang luar biasa yang tidak pernah dirasakan selama ini. WOW... Amazing...

Di malam itu pula, saya sangat kecewa dan menitihkan air mata bukan karena saya sedih tidak punya teman sehingga tidak bisa mengadakan pesta ulang tahun yang dinginkan sejak dulu, tetapi kenapa saya sangat bodoh untuk menikmati kesedihan di hari ulang tahun dan tidak melakukan kegiatan sederhana yang membuat saya sangat bahagia?” kala itu saya terdiam sejenak mengintropeksi diri dan merantai ucapan syukur dalam doa kepada Yang Kuasa atas nafas kehidupan yang masih Ia percayakan kepada saya.

Sekarang, saya selalu antusias dan menunggu hari ulang tahun tiba setiap tahunnya dan kegiatan berbagi dengan anak – anak jalanan atau anak-anak panti asuhan adalah kegiatan rutin yang dilakukan selain itu kegiatan berbagi ke sesama sudah menjadi gaya hidup saya seorang manusia yang bernama Theresia Angka Wijaya. Berbagi adalah kebahagian terbesar saya, bagaimana dengan anda?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline