Lihat ke Halaman Asli

Theresa Janice Trinita

Mahasiswa Sekolah Vokasi IPB

Perkembangan Ekonomi Bangsa dari Masa ke Masa

Diperbarui: 1 Agustus 2021   14:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pertumbuhan ekonomi bangsa dapat menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan suatu pemerintahan dalam menjalankan tugas serta kewajibannya, mengelola, dan membangun negara sesuai dengan perencanaan dan strategi dari pemerintahan tersebut. 

Hal ini terjadi hampir di setiap negara, khususnya di negara Indonesia. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi dicapai oleh tiga faktor, yakni stabilnya peningkatan persediaan barang, kemajuan teknologi, serta penggunaan teknologi secara efisien dan efektif. Tiga faktor tersebut dikutip oleh seorang peraih Nobel Ekonomi.

Indonesia sendiri dari masa ke masa mengalami berbagai fluktuasi pertumbuhan ekonomi. Mulai dari pemerintahan presiden yang pertama, yakni Soekarno sampai dengan pemerintahan Joko Widodo (Jokowi). Angka pertumbuhan Ekonomi Indonesia tertinggi berada pada masa pemerintahan Soeharto (1967-1998) yang sempat meningkat pesat sampai mencapai 10 persen. 

Bahkan saat itu Indonesia mendapat pujian dan julukan sebagai “Macan Asia”. Namun dibalik itu, pasang surut perekonomian Indonesia juga paling dirasakan pada saat era masa pemerintahan Soeharto. Perekonomian Indonesia sedang buruk pada saat beliau menjabat sebagai presiden.

Pada 1967, Indonesia membuka lebar pintu bagi investor asing yang ingin menanam modal dikarenakan Soeharto mengeluarkan UU Nomor 1 Tahun 1967, tentang Penanaman Modal Asing. Pada 1970, negara Indonesia dapat mencapai angka pertumbuhan ekonomi hingga tembus 10,92 persen dikarenakan Soeharto membuat Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) untuk mendorong swasembada. Namun, pada tahun 1998 pertumbuhan ekonomi menurun drastis hingga mencapai minus 13,13 persen. 

Hal itu dikarenakan selama Soeharto memerintah, kegiatan ekonomi terpusat pada pemerintahan dan dikuasai oleh kroni-kroni presiden. Kondisinya semakin keropos. Sehingga saat dunia mengalami gejolak, struktur ekonomi pun tidak dapat menopang perekonomian nasional.

Sebelum era masa pemerintahan Soeharto, yaitu masa pemerintahan Soekarno, pada tahun 1961, Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 5,74 persen. Lalu, pada 1963, menurun 2,24 persen dikarenakan biaya politik yang tinggi. Akibatnya, APBN deficit minus dan inflasi naik sampai 600 persen hingga 1965. Namun, pada tahun 1964, angka pertumbuhan pun kembali positif, yaitu sebesar 3,53 persen. Setahun kemudian mengalami penurunan sebanyak 2,45 persen. Pada tahun terakhir, angka pertumbuhan meningkat menjadi 2,79 persen.

Saat pemerintahan Presiden B.J Habibie, Indonesia mengalami pemulihan. Dari tahun 1998 ekonomi Indonesia yang mengalami minus 13,13 persen, pulih menjadi 0,79 persen pada 1999. Habibie menciptakan berbagai kebijakan keuangan yang membuat perekonomian Indonesia bangkit. Khususnya pada kurs rupiah, yang sebelumnya Rp16.650 per dollar AS pada Juni 1998 menjadi Rp7.000 per dollar AS pada November 1998.

Perjuangan Habibie pun diteruskan oleh Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Pada tahun 2000, ekonomi Indonesia meningkat 4,92 persen. Kebijakan desentralisasi fiskal dan otonomi daerah digunakan oleh beliau sehingga pemerintah membagi dana antara pusat dan daerah, pajak dan retribusi daerah pun diterapkan. Namun, pada 2001 pertumbuhan melambat menjadi 3,64 persen.

Setelah itu, Megawati Soekarnoputri pun mengambil peran dalam negara ini. Dengan strategi pemerintahannya, membuat pertumbuhan ekonomi meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2002, pertumbuhan dapat mencapai 4,5 persen. Kemudian di tahun berikutnya, naik menjadi 4,78 persen dan di tahun terakhir mencapai 5,03 persen. Selain itu, kemiskinan pun selalu turun setiap tahunnya. Saat itu pemerintah menjaga sektor perbankan lebih ketat hingga surat utang dan obligasi pun diterbitkan secara langsung sehingga perekonomian bangsa terus membaik.

Pada 2005, saat pemerintah dipimpin oleh Soesilo Bambang Yudhoyono, pertumbuhan mencapai 6,35 persen. Tiga tahun berikutnya, menurun hingga 6,01 persen dikarenakan impor dan ekspor Indonesia sedang tinggi. Pada 2009, menurun di angka 4,63 persen dikarenakan krisis finansial global. Pada 2010, ekonomi Indonesia naik mencapai 6,22 persen. Pemerintah pun merancang rencana percepatan pembangunan ekonomi jangka panjang. Pada 2011 tumbuh menjadi 6,49 persen. Namun, di tahun-tahun berikutnya terus mengalami penurunan. Hingga akhirnya pada tahun 2014 mencapai 5,01 persen.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline