Menjadi ibu rumah tangga salah satu tugas dan fungsinya adalah mengelola keuangan rumah tangga, tentunya. Uang dari suami harus bisa dikelola sedemikan rupa sehingga menghasilkan ketertiban dalam pencatatan dan aktualisasi di lapangan. Semua terpenuhi tanpa menafikan prinsip akuntabilitas.
Ketika kemudian sebelum tutup bulan, mulai terjadi pengurangan kualitas dan kuantitas lauk pauk di rumah, pak suami tentunya akan bertanya, "Jadi, ke mana larinya uang belanja yang sudah ditransfer awal bulan?"
Sebagai ibu rumah tangga siaga, sudah sepatutnya kita mempersiapkan jawaban A, B, C, dan cadangan. Jadi, jawaban apa saja yang bisa kita berikan??
Uang dipakai buat beli beras. Seharusnya, pak suami langsung paham, beras yang dimaksud di sini sudah include semua-muanya, dari beras itu sendiri sampai prosesnya menjadi nasi, tahu dan tempe sebagai lauk pelengkap, dan lauk utama yang senantiasa tidak boleh sama setiap harinya. Jangan dilupakan juga keberadaan sayur mayur dan sambal sebagai hidangan pelengkap selera. Galon dan gas juga merupakan pengeluaran rutin buat mendukung dapur tetap mengepul.
Adek dan kakak masih perlu dibelikan popok celana dan susu. Hal rutin yang tidak lupa saya sampaikan ke suami kalau sudah mulai dilakukan pendataan ke mana saja uang keluar.
Tagihan listrik yang dibayar di awal bulan juga merupakan pengurang uang belanja yang saya kelola. Walaupun namanya uang belanja, membayar tagihan listrik tetap termasuk didalamnya.
Hal rutin lainnya dalam keluarga kami adalah mengirimkan uang untuk orangtua. Walaupun mungkin tidak banyak tapi sebagai anak tentu saja meskipun sudah menikah, kewajiban kami tidak boleh ditinggal begitu saja. Orangtua tetap harus diperhatikan.
Bagi teman-teman yang punya asisten rumah tangga, membayar gaji art juga merupakan pengeluaran rutin yang tidak bisa dipisahkan dari laporan keuangan rumah tangga. Pembayaran yang tepat waktu dan sesuai kesepakatan pastilah akan menjadikan suasana rumah tangga menjadi harmonis dan terjaga. Art senang bekerja, anak-anak bisa dititipkan dengan tenang.
Selalu saja ada lain-lain. Lain-lain bisa apa saja, bisa berupa pengeluaran buat jajan dan jalan-jalan. Beli obat buat yang lagi sakit. Oleh-oleh ketika ada yang datang. Tiba-tiba harus melakukan perjalanan ke luar kota dan membawa keluarga. Dan lain-lain inilah yang tanpa disadari menyerap lumayan banyak pundi-pundi uang belanja dari pak suami. Ketika kemudian setelah dihitung-hitung dan ternyata seharusnya uang belanja dari pak suami masih cukup tapi kenyataannya dompet menipis, hanya bisa lirik-lirik manja dengan pak suami alih-alih kode minta tambahan buat dapur gebul.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H