Lihat ke Halaman Asli

Sarungkan Pedangmu: Homili Petrus Memotong Telinga Malkus Hamba Kayafas

Diperbarui: 9 November 2024   19:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar: Wikipedia

Yohanes 18:10-11 Lalu Simon Petrus, yang membawa pedang, menghunus pedang itu, menetakkannya kepada hamba Imam Besar dan memutuskan telinga kanannya. Nama hamba itu Malkhus. Kata Yesus kepada Petrus: "SARUNGKAN PEDANGMU ITU; bukankah Aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepada-Ku?" Tindakan sembrono yang dilakukan Petrus. Ia memiliki sebilah pedang. Tampaknya, tidak mungkin sebagai seorang laki-laki pemberani ia membawa-bawa pedang ke mana-mana, tetapi memang di antara mereka ada dua bilah pedang (Luk. 22:38). Dan Petrus yang dipercaya untuk menyandang salah satunya, sekarang menghunusnya. Ia mengira bahwa sekaranglah saat untuk menggunakannya, dan ia menetakkannya kepada hamba Imam Besar, yaitu orang yang mungkin berada di barisan paling depan. Boleh jadi orang inilah yang ditujunya. Ia hendak memenggal kepala orang itu, tetapi luput, dan hanya memutuskan telinga kanannya. Nama hamba itu pun dicatat, untuk lebih menambah kepastian kebenaran kisah ini. Namanya Malkhus, atau Malukh 


MARI KITA BELAJAR SEJENAK TENTANG PETRUS SEBAGAI KAUM REVOLUSIONER YAHUDI

Yudea termasuk provinsi Romawi paling sering bergejolak. Tiga pemberontakan besar pernah mengguncang Yudea, belum dengan konflik-konflik lain yg lebih kecil. Determinasi kuat Bangsa Yahudi tak terlepas dari sebuah pergerakan berideologi nasionalis & fundamentalis Yahudi yg dijuluki Zelot. Mereka memainkan peran utama dalam meletusnya perlawanan melawan pendudukan Romawi & pecahan pergerakan ini, Sicarii, dapat disebut salah satu organisasi teror pertama dalam sejarah.-Zelotes dalam Bahasa Yunani berarti "pemuja/pengikut tekun (garis keras)", dan merupakan terjemahan kata Ibrani; Kanai (pl. Kana'im). Sejarawan Yudeo-Romawi, Flavius Josephus, menyebut bahwa Zelot adalah 'aliran keempat', untuk membedakan mereka dari tiga aliran mainstream Yahudi saat itu; Farisi, Saduki & Esseni. Josephus mencatatkan bahwa pergerakan ini dimulai seorang bernama Yudas dari Galilea, dan menulis bahwa mereka "sepersetujuan dengan ideologi Orang Farisi; tapi mereka memiliki jiwa kebebasan, dan menyatakan hanya Tuhan yang berhak menjadi penguasa mereka"
-
Pada umumnya Zelot adalah faksi politis dalam internal Yerusalem, mendorong kemerdekaan Bangsa Yahudi, akan tetapi tidak jarang mereka melakukan aksi ekstrim seperti menarget orang-orang Romawi & Yunani baik di Yudea maupun di daerah dengan populasi Yahudi. Grup ekstrimis, Sicarii, adalah pecahan pergerakan Zelot yg tidak hanya melakukan pembunuhan pada pejabat Romawi tapi juga pada Orang Yahudi itu sendiri yg mereka anggap 'simpatisan' Romawi.
-
"Sicarii" berasal dari kata Latin, "sicae", yg berarti "belati", merujuk pada senjata pilihan mereka. Mereka membunuh di tempat keramaian supaya mudah melarikan diri. Dalam Pemberontakan Besar Yahudi (66--74 M), regu Sicarii kerap menyerang & menjarah habis pemukiman Yahudi. Zelot menguasai Yerusalem saat kota itu dikepung oleh pasukan Titus, menolak saran para Rabbi Tinggi untuk bernegosiasi dengan Roma. Menariknya sejumlah tokoh Kristen, seperti Rasul Simon & Paulus adalah Zelot.
---
#Sejarah #Yahudi #Agama #Jew #Jewish #Israel #RomanHistory #SejarahRomawi #Rome #Yerusalem #Jerusalem


ADA 6 POINT YANG KITA DAPAT DARI YOHANES 18:10-11


Di sini kita harus mengakui niat baik Petrus. Ia memiliki semangat yang tulus untuk Gurunya, meskipun sekarang ia ternyata salah arah. Belum lama ia berjanji hendak mempertaruhkan nyawanya untuk Kristus, dan sekarang ia ingin menepatinya. Mungkin ia merasa gusar melihat Yudas memimpin rombongan ini. Kerendahan budi Yudas ini membangkitkan keberanian Petrus, dan karena itu saya yakin ketika menghunus pedang, ia mungkin sungguh menginginkan kepala si pengkhianat itu.


(1) Namun, kita juga harus mengakui kelakuan Petrus yang jahat. Meskipun niat baiknya memang dapat dijadikan alasan, hal itu tidak dapat membenarkan dirinya.


[2] Ia tidak menerima perintah dari Gurunya atas apa yang Ia lakukan. Para prajurit Kristus harus selalu siap menunggu perintah, dan bukan mendahuluinya. Sebelum menyongsong penderitaan, terlebih dahulu mereka harus mengenal penderitaan itu dengan jelas, supaya alasan dan panggilan mereka untuk menderita juga jelas.


[3] Ia melanggar tugas yang hanya boleh dilakukan Kristus dan melawan kuasa-kuasa yang ada. Sesuatu yang tidak pernah disetujui Kristus, bahkan sesuatu yang sangat dilarang-Nya (Mat. 5:39), Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu.


[4] Ia menentang penderitaan Gurunya. Meskipun ia telah melanggarnya satu kali, ia masih juga mengulanginya. Sebelum itu ia pernah berkata, Guru, kasihanilah diri-Mu sendiri, kiranya Allah menjauhkan hal itu dari-Mu, walaupun Kristus telah berkata kepadanya bahwa Ia harus dan akan menderita, dan bahwa saat-Nya sekarang telah tiba. Dengan demikian, meskipun tampaknya ia berjuang untuk Kristus, sebenarnya ia justru sedang melawan Dia.


[5] Ia merusak persetujuan penyerahan bersyarat yang baru saja dibuat Gurunya dengan musuh. Ketika Ia berkata, biarkanlah mereka ini pergi, Ia bukan hanya bermaksud untuk mencari keselamatan bagi mereka, tetapi juga supaya mereka bertindak baik-baik, supaya mereka pergi dengan damai. Petrus mendengar perkataan ini, namun tidak mau terikat dengannya. Kadang-kadang kita bersalah akibat dosa kepengecutan kita, yaitu tidak tampil ketika dipanggil untuk itu. Demikian juga, kita kadang-kadang bersalah akibat dosa keberanian kita, yaitu tidak mau mundur ketika disuruh untuk mundur.


[6] Dengan bodoh ia membahayakan diri sendiri dan murid-murid lainnya terhadap amukan orang-orang yang dipenuhi amarah ini. Seandainya ia berhasil memancung kepala Malkhus dan bukan cuma memutuskan telinganya saja, kita dapat menduga apa yang bakal terjadi. Para prajurit pasti akan menyerang semua murid dan mencincang mereka, dan menuduh Kristus tidak lebih baik daripada Barabas. Demikianlah banyak orang yang berbuat salah dengan melakukan tindakan bunuh diri karena semangat membela diri.


Sesudah kejadian ini, Petrus begitu cepat bertindak sebagai pengecut (dengan menyangkali Gurunya), hingga kita mempunyai alasan untuk berpikir bahwa dia tidak akan bertindak seperti ini seandainya menyaksikan Gurunya merobohkan mereka ke tanah, dan selanjutnya ia dapat membereskan mereka. Namun, ketika ia melihat Gurunya menyerahkan Diri, keberaniannya pun runtuh. Padahal, seorang pahlawan Kristen yang sejati akan tetap tampil membela perkara Kristus. Bukan hanya ketika berada di atas angin, tetapi juga ketika keadaan menjadi tidak menguntungkan. Ia akan tetap berada di pihak yang benar, meskipun pihak itu bukan pihak yang menguntungkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline