Lihat ke Halaman Asli

Perangkap Bojo Anyar bagi Sang Politisi dalam Sangkar

Diperbarui: 14 Januari 2020   17:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

FOTO PENULIS : Brillianto Rineksa

dudu klambi anyar sing neng njero lemariku (bukan baju baru di dalam lemariku)
nanging bojo anyar sing mbok pamerke neng aku (tapi pasangan baru yang kau pamerkan ke aku)
dudu wangi mawar sing tak sawang neng mripatku (bukan wangi mawar di pandangan mataku)
nanging kowe lali ngelarani wong koyo aku (tapi kamu lupa diri telah menyakiti orang sepertiku)

video lagu ini bisa dilihat di sini :


Itu adalah penggalan lirik lagu "Pamer Bojo" yang akhir-akhir ini begitu popular di masyarakat Indonesia. Lagu ini dipublikasikan pada tanggal 17 Januari 2019 (12 bulan yang lalu) dan diciptakan sendiri oleh Didi Kempot.

Tulisan ini adalah sambungan atau lanjutan dari Tulisan saya sebelumnya yang berjudul " Kutukan Suket Teki Pada Sang Politisi" dengan ikhtiar menjawab pertanyaan seputar: kaitan antara dunia politik dan rusaknya karakter seseorang.

Dalam sebuah negara demokrasi,setiap politisi dan pejabat publik biasanya dipilih langsung oleh rakyat dengan asumsi bahwa dia sanggup mengabdikan diri untuk rakyat dengan cara memperjuangkan aspirasi & kepentingan rakyat yang telah memilihnya. 

Akan tetapi seringkali setelah terpilih menjadi pejabat,biasanya malah melupakan janji yang pernah diberikannya pada Rakyat dan kemudian sepenuhnya mengabdikan diri kepada kepentingan partai (baca : kepentingan Elit Partai) yang nobanene seringkali berlawanan dengan kepentingan rakyat banyak. 

Jelas sekali hal tersebut mengecewakan Rakyat,sehingga kita tak usah heran bila banyak cerita/peribahasa lucu dan satir kocak tentang politik yang muncul di ruang publik,seperti beberapa contoh berikut : Apa Beda Pil KB dengan Pileg /Pilihan Legislatif ??? Kalau Pil KB , jika lupa(maksudnya lupa diminum) malah JADI. Sedangkan dalam Pileg; kalau jadi malah lupa, Habis Menang Rakyat dibuang,Buah semangka berdaun sirih artinya berharap swargaloka eh malah mendapat pedih perih.

Peribahasa2 di atas adalah sebuah kalimat pendek yang memuat & merekam beragam pengalaman & kisah kehidupan yang begitu panjang ke belakang sekaligus memiliki pola sama yang sering terulang. Pengalaman di berbagai negara dari zaman ke zaman menunjukkan ada orang-orang yang kemudian berubah secara negatif ketika mereka menjadi aktif dalam politik praktis.

Tekanan kedua pada seorang politisi adalah paksaan untuk bersikap loyal kepada partainya serta keharusan untuk setia-kawan kepada rekan rekan sesama partai walaupun perilaku rekan rekannya itu melukai cara pandang etisnya sendiri, kendatipun keputusan-keputusan partainya itu bertentangan dengan pendapatnya sendiri. 

Setiap politisi maju karena bantuan partai. Partai itu memberikan berbagai fasilitas dan jalan agar dia bisa mendapat kursi kekuasaan. Oleh karena itu,partai berhak menuntut agar ia memperhatikan kepentingan partai.Tidak boleh ada kesan kurang kompak di antara para fungsionaris Partai. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline