Lihat ke Halaman Asli

Halo Cinta dan Pertemanan

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[caption id="attachment_136270" align="alignleft" width="150" caption="cinta dan teman"][/caption] Kata seorang teman, di saat kuliah dulu ketika sedang lucu-lucu-nya dan berpikir kita bisa mendapatkan apa saja yang kita mau, termasuk mendapatkan pria yang kita inginkan. Sedikit wajar bila saling menyenggol antara teman dan bila masih pada batasnya. Sejujurnya “batasan” seperti apa juga tidak jelas, tapi masih dianggap wajar. Itu dulu 10 tahun lalu..

Sekarang setelah 10 tahun berlalu, rasanya tidak wajar dengan segala hal yang didapat baik dalam pekerjaan, karir, pertemanan, lingkungan, pengalaman dalam banyak hal bila seorang teman mampu dengan dinginhya dan merasa wajar mendapatkan yang ia inginkan tanpa memikirkan perasaan orang lain.

Dulu 10 tahun laluada pengecualian dengan kata “labil” tapi sekarang malu-lah hai teman dengan tingkat kedewasaan. Yap, mungkin benar bila ada kalimat “dewasa adalah pilihan”.

Dulu 10 tahun lalu disaat masih tertawa bersama terasa wajar melakukan apapun, sekarang setelah 10 tahun berlalu terasa aneh bila segala tindak tanduk tidak dipikirkan walaupun tetap masih bisa tertawa bersama.

Ada orang yang tidak bisa hidup sendiri, dalam artian harus bersama patner lawan jenis. Padahal di luar ia sangat terlihat tegar dan kuat untuk menjalani segalanya seorang diri. Saling berpegangan tangan bersama temannya untuk meraih apapun.

Segalanya terasa wajar, sampai pada satu titik si kawan mulai dekat dengan seorang pria. Sayangnya menurut temannya, “teman” mu berarti “teman” ku juga. Suatu pernyataan yang aneh, sungguh aneh! Pengertian “dekat” disini adalah pengertian “dekat” dalam arti sesungguhnya, “dekat” yang ingin di prospek melebihi kata “dekat”. Simple saja, apakah ada orang yang mau berbagi orang yang didambakan walau dengan teman sendiri?

Sungguh aneh, karena temannya tidak merasa demikian. Dengan dingin dan tanpa perasaan, dengan “lempeng-nya” “teman” si temannya ini didekati dengan cara dan gayanya. Satu dunia pun tahu, bila harus memilih si pria akan memilih temannya daripada diri wanita ini, karena walau mereka berteman cukup lama, mereka tetaplah dua orang dengan pribadi yang berbeda.

Disaat rasa nyaman mulai tumbuh di hati temannya yang baru mau memulai membuka hati karena luka lama-nya, disaat itulah harapan, kepercayaan dan semangatnya dipatahkan begitu saja oleh temannya sendiri. Yap, terlepas dari apakah pria ini menyukai diri wanita ini atau tidak.

Sangat terluka dan menyakitkan bagi wanita ini, ketika mengetahui temannya sendiri, orang yang begitu dia percaya melakukan semua hal. Sekali pun bukan cara-cara yang eksrim dan langsung menusuk, tapi rasanya tetap saja sama “sakit”. Air mata wanita ini tidak cukup untuk melampiaskan segala rasa kesal dan amarah dan tidak sanggup untuk berbicara langsung kepada temannya ini. Dan lucunya, teman wanita ini merasa baik-baik saja. Tidak menanggap apa yang salah. Ironis sekali mengingat cukup lama mereka sudah saling mengenal.

Memang tidak ada hubungan apapun antara wanita ini dengan pria tersebut, belum ada karena baru sebatas kata “teman dekat”, belum tentu juga mereka berjodoh, siapa tahu memang hanya berteman. Mungkin saja ke depan terjadi sebaliknya, teman wanita ini dan pria itu ternyata berjodoh menurut ke hendak Tuhan. Tapi untuk ukuran seorang yang dewasa dalam segala hal, dan dengan rentang waktu yang cukup lama dalam berteman, ada “rulers” tertentu yang harus ikuti. Tidak main sambar dan bertindak seenaknya, agar merasa nyaman dan tidak merasa sendiri. Yap, apa pun tujuan dan maksudnya, tetap ada yang namanya “rulers” teman.

Dari pelajaran kehidupan yang ada, Tuhan tidak akan menjodohkan seseorang dengan orang lain, bila ada yang tersakiti, bila ada yang terluka dan menangis. Bagaimana kebahagiaan itu bisa datang bila ada “batu kali” sebesar gila di depan jalan yang akan dilalui. Bagaimana cara berbahagia bila ada yang terluka, siapa pun itu.

Semua orang membutuhkan “teman dekat” yang mungkin akan menjadi pasangannya, bebas pasangan itu akan menjadi apa nantinya. Pertanyaan besarnya adalah apakah pantas dan wajar bila seorang teman melakukan tikaman dari belakang dan kemudian bersikap biasa saja. Aneh sungguh aneh!! Apakah pantas, seseorang yang dinilai dewasa berlaku dan bertindak seperti 10 tahun lalu disaat sedang merasa “lucu-lucu-nya”?

Ada kalimat yang sering diucapkan seorang teman dari timur sana seperti ini “teman bikin teman binatang itu biasa, tapi teman makan teman itu tidak biasa”. Mengapa demikian, alasannya hanya satu, teman bisa memaafkan, teman senggolan itu wajar untuk menempa dan kemudian berpelukan lagi. Tidak ada istilah di dunia ini “mantan teman”.

Satu hal yang harus diingat oleh si teman makan teman ini adalah saat yang paling menyakitkan untuk temannya ini adalah saat mendapatkan temannya berbohong, bertindak di belakang dan salah tingkah di depan temannya sendiri. Karena rasa sakit itu akan termaafkan suatu saat nanti tapi tidak akan pernah mengembalikan temanmu secara utuh seperti dulu, seperti 10 tahun lalu saat pertama kali kau mengenalnya!. Rasa sakit itu bisa berulang kembali padamu atau kepada orang terdekatmu tujuh kali lipat karena hukum alam itu ada teman, karma itu ada!! Percayalah..

Ingatlah selalu itu teman karena harga yang akan kau bayar sangat mahal demi rasa ketidakbersalahanmu itu dan rasa nyamanmu itu!!

-xoxoxo-




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline