Lihat ke Halaman Asli

Perlukah Anak Ajukan Proposal ke Orangtua?

Diperbarui: 17 Juni 2015   23:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mama, mama, mama, buat aku terjaga

Hei semua orang, teriaklah di telingaku

Hei semua orang, hancurkanlah tempat tidurku

Lagu tahun 90an itu sedikit menyerngitkan alis mata saya membayangkan saya ada dalam posisi tersebut.  Dari sepenggal lirik tersebut terisyaratkan ada seseorang yang sangat ingin bangun dari alam bawah sadarnya namun sulit. Hal ini bisa dilihat dari dua kemungkinan. Jika membaca utuh seluruh liriknya, dapat diketahui bahwa seseorang tersebut begitu menikmati pagi hari dengan udara dingin dan segar yang memanjakan mata sehingga sulit bangun tidur. Lalu bagaimana jika kondisinya berubah sebaliknya? Pernahkah Anda berusaha sekuat tenaga untuk bangun dalam mimpi buruk Anda? Parahnya, sebenarnya Anda mengalami kenyataan buruk lalu tidak dapat menerimanya sehingga Anda meyakini bahwa ini adalah mimpi buruk dan Anda harus segera bangun dari tidur bagaimana pun caranya.

Apa yang dapat membuat Anda berada dalam posisi tersebut?

Ternyata, sebagian besar permasalahan yang terjadi dalam diri seseorang maupun dalam rumah tangga ialah masalah Finansial atau keuangan. Banyak orang yang tak siap menghadapi kemungkinan-kemungkinan tak terduga dalam hidupnya. Tentu saja hal ini dilandaskan oleh kebiasaan yang diadaopsi dari lingkungan terutama pola keluarga dalam mengasuh dan mendidik anak. Bagaimana kebiasaan yang terjadi dalam sebuah keluarga akan menjadi acuan seorang anak kelak mengadopsi pola tersebut di kemudian hari.

Lalu perlukah anak ajukan proposal ke orangtua?

Proposal di sini berarti rencana anggaran biaya yang diperlukan seseorang anak untuk mencukupi kebutuhannya selama sebulan ke depan. Misalnya, uang transport ke sekolah, uang transport ke tempat les, jajan di sekolah, jajan di rumah (bakso, burger, siomay, dll), membeli mainan, bermain futsal, berenang bersama teman, membeli vitamin C atau madu kesukaan, dan tentu saja menabung. Tentu saja biaya yang dibutuhkan anak per bulannya akan berbeda, karena anak dituntut untuk cermat berhitung dan merealisasikannya. Misalnya, di bulan depan akan ada studi tour atau pelajaran berenang yang membuat anggaran yang diajukan lebih tinggi dibaning bulan ini. Orangtua perlu menganalis rencana keuangan yang diajukan anak. Menyaring mana saja yang perlu dan tidak perlu seraya memberikan penjelasan sehingga untuk ke depan, anak dapat berpikir lebih logis. Selain itu, orangtua juga perlu memberikan pendapat mengenai hal-hal yang mungkin tidak terpikirkan oleh si anak.

Lalu bagaimana jika sebelum bulan habis, anak sudah kehabisan uang?

Jangan pernah biarkan Anda mengasihaninya dengan memberikan uang tambahan. Jangan biarkan rasa sayang Anda yang ingin memanjakannya malah menghancurkan upaya Anda untuk mendidik dia menjadi orang yang bertanggungjawab atas uangnya dan atas rencana yang telah ia susun. Sesekali ia perlu merasakan naik sepeda ke sekolah karena sudah tidak punya uang lagi. Sesekali ia perlu menelan ludah iri melihat teman-temannya bisa menikmai jajanan di sekolah sementara ia tidak (dalam hal ini ibu bisa membawaka bekal untuknya). Sesekali ia perlu tahu bagaimana rasanya menanggung perbuatan sendiri yang tidak disiplin dan bertanggungjawab atas rencana yang telah diajukannya. Tentu saja pastikan bahwa Anda tidak terlalu kejam dalam menolak biaya-biaya dalam proposalnya ya :)

Hal yang tak kalah penting yang dapat diajarkan disini ialah menabung. Jangan lupa menyisipkan ajakan untuk menabung kepada anak Anda. Mekanismenya, apakah dengan memasukkan menabung sebagai komponen biaya dalam proposal yang diajukan kepada Anda ataukah dengan menyisihkan uang jajannya agar dapat menabung, sepenuhnya bergantung pada Anda sendiri. Anak dapat menabung melalui tabungan pelajar atau tabungan yang diorganisir oleh sekolah. Jangan lupa cek buku tabungan sang anak secara berkala, misalkan dua bulan sekali agar anak Anda enggan sembarangan menghabiskan tabungan. Selain itu, tabungan ini juga dapat Anda jadikan senjata ketika Anak mengajukan proposal untuk membeli mainan mahal seperti Gameboy, Playstation, bola basket, dll. Anda dapat mencoret keperluan itu dalam proposal yang diajukan seraya menjelaskan dia bisa membelinya dengan menabung.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline