Lihat ke Halaman Asli

Tapak Tilas Menuju PKN STAN

Diperbarui: 28 September 2017   11:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Wisuda DANADYAKSA 2016 PKN STAN di Sentul International Convention Centre (Dok. Pribadi)

Bisa melanjutkan pendidikan hingga tingkat perguruan tinggi adalah impian setiap orang. Memperbanyak ilmu pengetahuan dan memperbaiki taraf hidup adalah hak setiap manusia. Namun hidup tak semulus jalan tol, ada banyak kerikil bahkan batu besar yang menghadang.

Sejak lulus dari bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), aku tak pernah memiliki niat untuk melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi. Aku sadar, aku harus bisa membantu kehidupan perekonomian kedua orang tuaku. Ibuku juga selalu berkata kepadaku bahwa selepas tamat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) aku harus bekerja.

Keinginanku untuk bisa melanjutkan pendidikan hingga ke perguruan tinggi muncul menjelang Ujian Nasional tingkat SMK sederajat. Waktu itu ada Beasiswa Bidikmisi yang memang diperuntukkan untuk masyarakat yang kurang mampu. Sayangnya, keinginanku ini terbentur lantaran jurusan yang aku ambil di SMK bukanlah sesuatu yang aku sukai. Namun aku masih tetap mendaftar dengan memilih jurusan yang berbeda dengan bidang keahlianku di SMK dan akhirnya akupun tidak diterima.

Sehari pasca acara pelepasan sekolah, aku langsung berangkat ke Purwakarta untuk bekerja. Sebelumnya aku memang sudah mengikuti tes perekrutan kerja yang diselenggarakan oleh pihak perusahaan yang bekerja sama dengan pihak sekolah.

Setahun bekerja, keinginan untuk melanjutkan pendidikan kembali hadir. Namun sayang aku belum cukup siap untuk mendaftar. Aku putuskan untuk mencari referensi tentang dunia perkuliahan dengan maksud agar tahun depan aku bisa melanjutkan pendidikan.

Setelah membaca beberapa referensi dari internet aku tertarik dengan Sekolah Kedinasan. Saat aku mencari tahu lebih lanjut ternyata hanya persyaratan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) yang dapat aku penuhi. Akhirnya aku mulai belajar untuk mempersiapkan materi yang akan diujikan.

Hingga bulan mei 2015 tidak ada informasi tentang penerimaan mahasiswa baru di STAN yang ada hanya pengumuman tentang STAN yang kini berganti nama menjadi Politeknik Keuangan Negara STAN (PKN STAN). Dua bulan berselang akhirnya situs resmi STAN mengumumkan bahwa akan ada penerimaan mahasiswa baru. Hal ini sedikit membuatku gugup karena secara materi aku belum begitu siap.

Sebelum melakukan pendaftaran online aku terlebih dahulu pulang ke Pekalongan untuk meminta doa restu dari kedua orang tua dan setelah aku mendapatkan restu dari beliau maka aku langsung melakukan pendaftaran online. Ada Sembilan spesialisasi yang harus diisi berdasarkan prioritas yang di inginkan. Aku sendiri tidak banyak tahu tentang keuangan dan dari beberapa spesialisasi yang aku tahu hanya Pajak dan Bea cukai.

Saat pendaftaran online aku memilih untuk melakukan verifikasi di Jakarta, karena menurutku di Jakarta lebih mudah aksesnya dari pada Bandung dan ada beberapa teman yang ada di daerah metropolitan itu. Verifikasi aku tempuh dengan kereta api seorang diri dari Purwakarta ke Jakarta. Di Jakarta aku juga tidak tahu harus kemana, akhirnya aku menginap di Kota Tua. Semalaman menahan lelah dan kantuk. Paginya aku berangkat ke Bintaro, dengan berbekal Tanya akhirnya aku sampai di kampus PKN STAN. Setelah berkenalan dengan beberapa calon pendaftar yang lain, akhirnya aku memiliki teman bicara.Verifikasi berkas berjalan lancar tanpa kendala dan  syukur Alhamdulillah berkasku tidak ada yang di tolak.

Waktu Ujian Saringan Masuk (USM) semakin dekat. Meski pekerjaan di perusahaan juga banyak namun aku terus belajar agar secara materi siap. Secara mental aku tidak begitu terbebani karena memang tidak ada tuntutan dari siapapun. Jika aku lolos maka itu adalah jalanku namun jika tidak maka aku yakin akan ada jalan yang lebih baik lagi.

Ujian Saringan Masuk di selenggarakan hari Minggu, 30 Agustus 2015. Sabtu sore aku beranjak dari Purwakarta dan sekali lagi tidak tahu nanti akan bermalam diamana di Jakarta. Beruntung ada teman yang mau menemaniku malam itu. Dia adalah sahabatku, seorang wanita yang tangguh. Kami tidak punya tujuan dan akhirnya malam itu banyak tempat yang kita kunjungi. Kebetulan ia membawa sepeda motor jadi bisa lebih leluasa keliling Jakarta. Kota Tua, Stadion Gelora Bung Karno, Monas, Bundaran HI, dan jalanan Jakarta menjadi saksi kami malam itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline