Lihat ke Halaman Asli

Kita Akan Pergi Menuju Jupiter

Diperbarui: 4 November 2022   09:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Planet Jupiter (sumber: suara.com)

KITA AKAN PERGI MENUJU JUPITER

Pagi ini hatiku berdebar -- debar sekali. Akhirnya setelah sekian lama, kami akan pergi menuju Jupiter!

Aku dan ayah sarapan tanpa berkata -- kata pagi itu. Tapi akhirnya ayah membuka mulut, "Kita akan pergi ke Jupiter, James!"

Aku pun bersorak. Kami sudah menunggu cukup lama untuk mendengar pengumuman Passengers. Itu adalah biro wisata ulang alik. Tidak semua orang beruntung mendapatkan kesempatan itu. Perjalanannya macam -- macam. Ada menuju bulan, Mars, Venus, dan yang terbaru adalah Jupiter. Sedangkan Saturnus ditunda untuk sementara waktu karena sedang ada perang di Titan.

Kami harus berterima kasih kepada World Council. Awalnya hanya orang -- orang penting saja yang bisa ikut terbang bersama Passengers. Secara mengejutkan mereka menambahkan beberapa warga sipil. Itu menjadi rebutan! Jutaan orang mendaftar. Dan kamilah yang terpilih, aku dan ayahku! Entah bagaimana hal itu bisa terjadi.

Pagi ini kami sudah bersiap di depan Port Phenomenon. Tempat ini akan membawa kami dengan tabung kapsul elektrik menuju International Space Station (ISS) di luar angkasa sana. Ayah berulang kali menjelaskan bahwa sudah lama umat manusia meninggalkan roket darat dan menggunakan roket angkasa karena lebih efisien. Roket angkasa ini berangkat dari ISS.

Kami bertemu dengan banyak orang di Port Phenomenon. Aku mengenal beberapa di antaranya. Presiden World Council, Harry Trump, yang datang dengan iring -- iringan limosin dan sekuriti. Ia diikuti dengan beberapa pejabat World Council. Selain itu ada Komisaris Negara Asia, Ike Pitcaywarman. Lalu ada artis terkenal, Johan Regista, bersama kekasihnya, Linda Pitchblack. Dan akhirnya, beberapa rakyat biasa sepertiku. Aku tidak mengenal mereka, tapi sepertinya kami akan menjadi akrab.

Setelah melalui banyak pemeriksaan dan briefing, akhirnya kami berada di hadapan kapsul elektrik. Kapsul ini berada di dalam tabung transparan yang tidak akan terlihat dengan mata biasa, membentang di udara sepanjang ratusan kilometer antara bumi dan ISS. Lalu dengan tenaga space curve, kapsul itu akan meluncur sendirinya dari bumi menuju ISS.

Ini kali kedua aku menaiki kapsul elektrik dan tiba di ISS. Kali pertama adalah ketika aku pergi berwisata ke bulan bersama keluarga. Itu adalah perjalanan normal bagi warga bumi. Ada tiga jadwal dalam sebulan, sehingga bagi warga bumi yang belum pernah ke bulan akan dibilang udik oleh teman -- teman sepergaulan. Bulan bahkan sudah menjadi koloni sendiri. Beberapa temanku sudah menjadi warga negara bulan, karena mereka memang lahir di sana.

Aku mendengar bunyi desiran yang mengagumkan lagi itu, ketika tabung kapsul meluncur ISS. Bunyinya seperti angin di pantai. Aku menggenggam erat tangan ayah, bukan karena takut, sebaliknya karena antusias. Di depanku, seorang wanita menatap dengan wajah setengah tertawa. Sepertinya ia meremehkanku. Aku tidak mau ambil pusing. Namun ia menjulurkan tangannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline