Lihat ke Halaman Asli

Sang Pelayan Kebaikan

Diperbarui: 24 Agustus 2022   07:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sang pelayan kebaikan (sumber: myrobin.id)

SANG PELAYAN KEBAIKAN

Cindy bergegas menuju meja yang baru saja ditinggalkan oleh pelanggan kafe. Dengan cekatan ia membersihkan tumpahan minuman, sisa makanan, dan piring yang berantakan. Namun terdengar celotehan tidak menyenangkan.

"Sudahlah, Cindy, tidak perlu berusaha lebih keras. Ini malam minggu, lho. Kamu tidak lihat kafe ini? Kosong melompong. Pelanggannya hanya mereka yang baru saja keluar. Tidak perlu rajin - rajin amat."

Cindy mengabaikan orang yang berkata di belakangnya itu. Bahkan ia sama sekali tidak menoleh. Tetapi orang itu terus merongrongnya dengan sindiran. Tadinya bersender di tembok kafe, ia kini berjalan pelan ke sebelah Cindy.

"Mau bersemangat menjadi pelayan of the week? Jangan repot - repot, toh pelayannya hanya kita berdua. Ditambah koki seorang di belakang sana. Bahkan manajer kafenya saja enggan menampilkan batang hidungnya."

Kali ini Cindy menggubrisnya, "Tidakkah kau berterima kasih karena masih memiliki pekerjaan, Johnny?"

Johnny menaikkan alis dan tersenyum licik. "Kau tahu sendiri bahwa ini hanya pekerjaan sampinganku. Aku adalah seorang agen asuransi. Aku mengambil pekerjaan ini karena dekat dengan rumah. Huh, apa pulang sekarang saja ya? Toh tidak ada pengunjung juga."

Cindy terdiam mendengarkan ucapan Johnny. Ia kembali membereskan meja. Ucapannya itu benar. Bagi Johnny, ini hanya sampingan belaka. Sedangkan baginya ini adalah pekerjaan satu -satunya.

"Jangan lupa untuk merapikan kaki meja yang bengkok itu, Cindy. Aku mau keluar dulu, mau merokok." ujar Johnny sambil melangkah keluar kafe.

Cindy hanya bisa tersenyum mendengar ucapan Johnny. Tentunya perkataan tentang kaki meja itu hanya sarkas belaka. Namun, seperti itulah nasib kafe ini, pikir Cindy. Tidak besar, dan tidak terkenal. Pelanggannya hanya sedikit. Terletak di pinggiran kota, pamor kafe ini kalah dari kafe - kafe kekinian yang berada di tengah kota, nyaman menjadi tempat nongkrong.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline