Lihat ke Halaman Asli

Kasus Motel Berdarah [Detektif Kilesa]

Diperbarui: 19 September 2020   14:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

madison.com

KASUS MOTEL BERDARAH

Pk. 09.35.

"Kau bisa tenang sekarang, Kilesa, tidak ada lagi kasus aneh seperti petir yang menyambar atau nenek yang menghilang. Kasus ini normal, hanya sebuah pembunuhan di dalam motel saja. Ah, jangan cepat -- cepat, kawan. Sudah kubilang, ini kasus normal."

Aku menatap Charles dan menggeleng, sembari tetap meneruskan langkah. "Di mana -- mana, tidak ada sebuah kasus pembunuhan yang dianggap normal, Charles. Kau ini ada -- ada saja."

"Well, bayangkan kasus -- kasus yang kita dapatkan belakangan ini. Kelinci pembunuh. Lalu, jika kemarin bos bank itu tidak kepeleset bicara, kita tidak akan tahu siapa yang menghilangkan uang miliaran serta mayat. Ini hanya sebuah pembunuhan normal saja. Di dalam sebuah motel."

"Lebih baik kau diam, Charles."

Charles menganggukkan bahu dan kami berjalan cepat menuju sebuah motel, sudah terlihat dalam pandangan mata. Mahmud sudah berada di sana terlebih dahulu, ia juga yang menginformasikan kepada kami tentang kasus ini. Sebenarnya, Charles betul. Kasus ini hanyalah pembunuhan biasa. Lewat telepon, Mahmud memberitahu bahwa pembunuhan dilakukan dengan sebuah benda tumpul yang berada di dalam kamar motel. Benda itu, sebuah pipa besi, masih berada di samping tubuh korban ketika mayat ditemukan. Jadi, bisa dibilang, pembunuhan ini sama sekali tidak direncanakan. Jika Mahmud sudah menutup komplek motel, ada kemungkinan pembunuhnya masih terperangkap di dalam.

Kami akhirnya memasuki gerbang motel. Motel itu memiliki halaman luas di tengah -- tengah, dengan bangunan kamar yang berbentuk L di belakang. Motel itu hanya terdiri dari satu tingkat, sehingga kami dengan mudah langsung menghitung jumlah kamar, yaitu sembilan. Di samping pintu gerbang, terdapat ruangan resepsionis, dan di terasnyalah Mahmud berada. Nampaknya ia sudah menunggu kami.

"Korban berada di dalam kamar nomor lima, artinya tepat di pojokan. Tim forensikku masih meneliti di dalam kamar. Seorang wanita tiga puluhan. Namanya Rasmi. Pegawai swasta. Nampaknya ia sedang melakukan perjalanan dinas. Kita akan mendapatkan keterangan yang lebih jelas kelak setelah anak buahku memeriksa identitasnya lebih lanjut."

Aku tidak ingin berlama -- lama. "Waktu kematian?"

"Masih hangat, Kilesa.  Hanya berjarak sejam dari sekarang."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline