Lihat ke Halaman Asli

Mengapa Mahasiswa Lagi-lagi Jadi Tumbal?

Diperbarui: 24 September 2019   14:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.trendsmap.com

Indonesia sedang berevolusi. Atau bisakah saya katakan sedang berduka? Sejarah kembali berulang. Kejadian hampir dua puluh tahun yang lalu di mana ribuan mahasiswa menduduki gedung DPR RI akan kembali terulang. 

Di saat itu terjadi bentrokan antara mahasiswa dan aparat keamanan. Nyawa - nyawa melayang. Kejadian itu menjadi duka kelam bagi bangsa Indonesia.

Pada hari kemarin dan hari ini, seruan memanggil kembali didengungkan oleh mahasiswa. Pusatnya adalah gedung DPR RI di Senayan, namun gedung - gedung DPRD kota dan provinsi di berbagai daerah pun ikut menjadi sasaran. 

Bandung, Jogja, Malang adalah kota - kota yang menjadi sasaran mahasiswa untuk memperdengarkan tuntutan. Tuntutan tiap daerah beragam, namun inti dari tuntutan pusat adalah peninjauan kembali RUU KUHP yang menjadi polemik nasional.

Artikel ini tidak akan membahas pro dan kontra RUU KUHP, pula tidak akan membahas benar atau tidaknya tindakan mahasiswa. Namun yang saya resahkan adalah mengapa mahasiswa selalu berada di garda terdepan dalam membela konstitusi? 

Kurang lebih dua puluh tahun yang lalu, mahasiswalah yang pertama melakukan protes agar parlemen dirombak dan presiden mundur. Kali ini pun sama. 

Di luar ungkapan bahwa katanya bangsa Indonesia adalah bangsa yang cerdas, justru mahasiswanyalah yang pertama peduli akan masa depan bangsa. Bukan LSM. bukan aktivis masyarakat. Aksi Gejayan Memanggil di Jogjakarta pun diinisiasi oleh mahasiswa. Dengan memakai almamater masing - masing, mereka memberikan suara.

Dua puluh tahun yang lalu terjadi tragedi. Duka itu belum menghilang hingga sekarang. Aksi Kamisan masih terjadi. Bagi yang beruntung, malah bisa mendapatkan porsi kekuasaan. 

Namun tragedi itu berpotensi untuk terulang pada hari ini. Ini lingkaran setan. Indonesia bisa kembali berduka. Mahasiswa hanya sebagian kecil dari persentasi masyarakat. 

Mereka tidak seharusnya menjadi tumbal dari kajian konstitusi yang meresahkan. Luka yang dihasilkan berpotensi untuk menjadi sayatan dua puluh tahun ke depan. Sudah seharusnya dihentikan dan tidak terjadi.

Anggota DPR adalah cerminan dari intelektualitas mayoritas masyarakat Indonesia. Kita yang memilih mereka. Sistem sudah diatur.  Ketika mahasiswa melakukan protes atas keputusan para anggota DPR, yang terjadi adalah ironi. Mereka sebenarnya sedang menuntut saudara sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline