Globalisasi sektor perdagangan telah mendorong Indonesia untuk berkomitmen menerapkan kebijakan liberalisasi perdagangan. Ada anggapan bahwa liberalisasi perdagangan justru melemahkan perekonomian. Hal ini kontroversial karena kebijakan liberalisasi perdagangan ditempuh dengan tujuan meningkatkan efisiensi ekonomi. Bagi Indonesia, liberalisasi perdagangan merupakan tantangan sekaligus peluang untuk meningkatkan dalam bidang ekonomi. Oleh karena itu penting untuk menganalisis dampak liberalisasi perdagangan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Dampak global dari liberalisasi perdagangan adalah harga produk perkebunan yang lebih tinggi dan berbagai dampak pada produksi, konsumsi dan perdagangan. Juga, efek positif cenderung tidak merata. Beberapa negara telah mencapai pengembalian positif yang lebih besar. Banyak perdebatan ilmiah yang membahas menganai dampak liberalisasi perdagangan global yang belum tuntas untuk memberikan kesuksesan besar untuk pertumbuhan ekonomi secara global.
Menurut beberapa ahli ekonomi, perdagangan antar negara harus bebas dari segala hambatan, hambatan-hambatan yang terjadi ada dua yaitu hambatan tarif dan non-tarif untuk perdagangan. Keterbukaan perdagangan harus didorong oleh negara-negara yang lebih fokus pada produksi produk unggulan lebih efisien sehingga keterbukaan itu memiliki efek positif pada seluruh perekonomian. Hal ini sejalan dengan beberapa penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa perdagangan bebas menguntungkan negara peserta dan dunia. Menurut penelitian Hadi (2003), selain meningkatkan pemerataan kesejahteraan antar negara, liberalisasi perdagangan juga meningkatkan volume dan efisiensi ekonomi perdagangan dunia.
Namun, karena perbedaan dalam kontrol sumber daya, faktor yang mendorong daya saing, beberapa ahli percaya bahwa tidak semua negara menikmati manfaat positif dari liberalisasi pada tingkat yang sama, dan saya pikir efek negatifnya bahkan dapat membawa Sebuah studi oleh Nayyar (1997) menemukan bahwa keuntungan dari liberalisasi perdagangan hanya akan terakumulasi di sejumlah kecil negara berkembang, yaitu negara-negara yang termasuk dalam kategori lebih maju seperti Thailand, Korea Selatan dan China. Namun, kesejahteraan ini tidak tersedia untuk semua negara. Bahkan negara-negara di kawasan lain (Asia Selatan, Afrika, Argentina, Brasil, sisa Amerika Latin, sebagian Eropa, Timur Tengah, dan negara-negara bekas Uni Soviet) mengalami dampak buruk. Hal ini didukung oleh beberapa penelitian seperti Wijaya (2000) dan Oktaviani (2000) yang menunjukkan bahwa dampak positif pembukaan ekonomi terhadap perekonomian nasional tidak sama.
Secara keseluruhan, melihat dampak liberalisasi perdagangan di semua sistem terhadap kinerja pertumbuhan nasional, Produk Domestik Bruto (PDB) riil mengalami peningkatan di seluruh negara ASEAN. Sistem ASEAN-Asia memiliki rata-rata peningkatan pertumbuhan PDB riil tertinggi, mencapai 1,22%.
Seiring dengan percepatan pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh peningkatan konsumsi dan investasi masyarakat, maka berdampak pula pada peningkatan kesejahteraan. Selain itu, dengan menghilangkan tarif impor, masyarakat dapat memperoleh barang dengan relatif murah (efek ini disebut dengan trade creation effect). Trade Creation Effect adalah penggantian produk dalam negeri yang sesuai dengan perjanjian liberalisasi perdagangan dengan impor yang lebih murah dari negara anggota lainnya. Jika semua sumber daya dimanfaatkan sepenuhnya dan masing-masing negara berspesialisasi dalam perdagangan berdasarkan keunggulan komparatifnya, setiap negara akan dapat menerima barang dengan harga yang relatif rendah, yang akan berdampak positif pada peningkatan kesejahteraan sosial.
Liberalisasi perdagangan di ASEAN dan Asia berdampak pada kinerja impor dan ekspor seluruh negara ASEAN. Berdasarkan hasil simulasi untuk semua sistem yang ada, liberalisasi di ASEAN dan Asia terlihat lebih berpengaruh dibanding sistem lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa liberalisasi ASEAN dan negara-negara seperti China, Korea Selatan, Jepang dan India juga akan mempengaruhi nilai impor dan ekspor negara-negara ASEAN, namun nilainya relatif kecil. Hal ini juga menunjukkan bahwa integrasi ekonomi yang lebih luas akan semakin meningkatkan kinerja perdagangan negara-negara anggota. Sebuah studi oleh Create et al. (2002) menemukan hasil serupa untuk tingkat integrasi ekonomi di APEC, Uni Eropa, dan NAFTA. Artinya integrasi ekonomi berpengaruh positif terhadap peningkatan perdagangan dunia.
Beberapa studi menunjukkan bahwa liberalisasi ekonomi berdampak positif terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari peningkatan kinerja perdagangan yang mengiringi peningkatan ekspor. Meskipun kebijakan perdagangan liberal mendorong pertumbuhan impor dan ekspor, pertumbuhan impor lebih tinggi daripada pertumbuhan ekspor. Liberalisasi ditandai dengan pembongkaran atau bahkan penghapusan hambatan perdagangan berupa tarif dan non tarif. Liberalisasi perdagangan dapat menjadi ancaman bagi negara dan ekonomi berkembang karena mereka dipaksa untuk bersaing di pasar yang sama dengan negara dan ekonomi yang lebih kuat, akibatnya akan timbul ketimpangan, yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin kurang beruntung. Misalnya, di negara-negara berkembang yang terus bergantung pada impor, produk dalam negeri menjadi kompetitif tidak hanya dalam harga tetapi juga dalam kualitas, menurunkan tingkat produksi dalam negeri dan memperburuk pertumbuhan ekonomi.
Dampak liberalisasi perdagangan internasional terhadap kesejahteraan pelaku ekonomi kerakyatan: terbukanya pasar bebas, bermunculannya banyak pengusaha dari dalam dan luar Indonesia, mulai maraknya rekrutmen.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H