Akhir-akhir bila kita melihat berita di televisi atau koran banyak sekali aksi-aksi demo yang dilakukan oleh para buruh yang menuntut kenaikan upah kerja. Mereka menuntut kenaikan gaji dengan alasan yang beragam, bahkan bisa dibilang sangat tidak masuk akal sama sekali. Mengapa tidak masuk akal?? Karena mereka menuntut gaji diatas rata-rata yang sudah ditetapkan berdasarkan upah minimun regional atau biasa kita sebut UMR.
Banyak orang berpendapat bahwa apa yang dilakukan oleh para buruh itu sangat tidak masuk akal dan sudah melewati batas ambang kewajaran. Memang kebutuhan saat ini begitu mahal, apa-apa serba mahal tidak ada yang murah, tapi namanya hidup kalo dituruti tidak akan pernah cukup bukan?
Para buruh berdemo dengan memblokir jalanan, membakar ban, dan sebagainya...tentunya sangat merugikan para pengguna jalan yang lain, belum lagi perusahaan tempat mereka bekerja pastinya menuai kerugian akibat aksi yang seharusnya tidak perlu dilakukan ini.
Seperti demo buruh yang terjadi dibeberapa daerah belakangan ini, mereka menuntut gaji sampai 3 juta sampai dengan 3,7 juta. Apakah itu wajar, untuk sebuah tuntuan gaji yang sebenarnya terlalu besar bila dibandingkan dengan para lulusan S1 yang mungkin gajinya tidak sampai 3 juta...sungguh sebuah ironi yang menyakitkan bila kita mendengarnya.
Perusahaan mana yang akan memberikan gaji seperti itu, sedangkan bila kita cermati secara detail banyak diantara buruh itu memiliki kendaraan yang tergolong "wah" untuk sebuah pekerjaan buruh. Sebagai contoh saja motor yang digunakan para buruh itu termasuk motor yang harganya cukup mahal menurut saya, seperti Yamaha Vixion, Satria FU, bahkan ada pula yang membawa Ninja 250....
Kendaraan-kendaraan seperti itu bukanlah sebuah barang yang murah bila kita melihat harga dari kendaraan tersebut..dengan kondisi seperti itu masih saja ingin menuntut kenaikan gaji yang lebih?
Saya kembalikan pada teman-teman bagaimana menyikapi fenomena yang sedang melanda negeri kita....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H