Maka pada waktu itu, demikianlah firman TUHAN, engkau akan memanggil Aku: Suamiku, dan tidak lagi memanggil Aku: Baalku!... Aku akan menjadikan engkau isteri-Ku untuk selama-lamanya dan Aku akan menjadikan engkau isteri-Ku dalam keadilan dan kebenaran, dalam kasih setia dan kasih sayang. Aku akan menjadikan engkau isteri-Ku dalam kesetiaan, sehingga engkau akan mengenal TUHAN (Hosea 2:15, 18-19).
Kompasianer yang terkasih, artikel ini adalah lanjutan dari tema sebelumnya: "Kesetiaan Tuhan Kepada Umat Yang Tidak Setia" dari kitab Hosea pasal 1. Setelah perbuatan isteri Hosea yang tidak setia dengan melakukan persundalannya yang menggambarkan bobroknya moral spiritual bangsa Israel karena telah berzinah dengan menyembah dewa Baal, maka Tuhan menyatakan murka-Nya. Di ayat 1-2, bagaikan Gomer yang menjual dirinya kepada lelaki lain dengan menunjukkan buah dadanya sebagai pembangkit gairah seksual, demikianlah Tuhan menunjukkan amoralitas bangsa Israel demi mendapat perkenanan berkat dari dewa Baal. Karena itulah Tuhan memperingatkan agar Israel bertobat supaya Dia tidak mempermalukan mereka dengan penghukuman yang berat. Meskipun perbuatan Israel sudah sangat keterlaluan, tetapi Tuhan masih memberi mereka kesempatan untuk bertobat.
Ayat 3-4, oleh karena persundalan Gomer, maka anak-anaknya pun terkena imbas dosa ibunya. Demikianlah perzinahan bangsa Israel dengan dewa Baal telah mendatangkan murka Tuhan atas rakyat yang juga umat-Nya itu. Sebagaimana Gomer melacurkan dirinya demi hal-hal yang materi untuk kebutuhannya, demikianlah bangsa Israel telah berpaling kepada dewa Baal dan dewi Asyera (isteri Baal) demi kesuburan tanah, ternak, kekayaan dan kesuburan rahim. Itu sebabnya Tuhan menghalangi langkah mereka dengan jalan yang menyakitkan dan jalan buntu sehingga mereka menyadari bahwa yang mengasihi mereka sedang menantikan kembalinya mereka dari kesesatan hidup untuk menikmati lagi kasih-Nya yang sejati (ayat 5-6).
Bangsa Israel tidak insaf, bahwa yang membuat mereka diberkati dengan segala kelimpahan di tanah Kanaan adalah Tuhan, namun dengan bodohnya mereka mempersembahkan kepada dewa Baal apa yang mereka terima dari Tuhan (ayat 7). Dalam Ulangan pasal 8, satu kali disampaikan agar umat insaf (ayat 5), dua kali agar umat mengingat (ayat 2,18), dan tiga kali agar umat tidak melupakan (ayat 11,14,19) semua berkat kelimpahan dan kekayaan yang berasal dari penggenapan janji Tuhan kepada nenek moyang mereka (ayat 18). Bangsa Israel yang juga umat seharusnya setia (ayat 1), berpegang pada perintah-Nya (ayat 1-2,6,11), memuji Tuhan atas segala berkat-Nya (ayat 10). "Tetapi jika engkau sama sekali melupakan TUHAN, Allahmu, dan mengikuti allah lain, beribadah kepadanya dan sujud menyembah kepadanya, aku memperingatkan kepadamu hari ini, bahwa kamu pasti binasa; seperti bangsa-bangsa, yang dibinasakan TUHAN di hadapanmu" (ayat 19-20).
Kembali ke Hosea pasal 2. Di ayat 8-12, sebagai penghukuman atas bangsa Israel, maka Tuhan mencabut kembali semua berkat yang telah Dia berikan kepada umat-Nya seperti yang telah disampaikan Musa di Ulangan pasal 8 tadi. Kerajaan Israel Utara pun takluk dan yang tersisa ditawan ke negeri Asyur. Sebagaimana mereka telah melupakan Tuhan, maka mereka pun dilupakan-Nya. Namun, kabar baiknya segera menyusul di ayat 13-14. Meskipun umat-Nya dihukum, tetapi Tuhan tetap mencintai mereka. Ia berusaha memikat hati bangsa itu dengan pengharapan akan datangnya masa pembebasan seperti ketika Dia membebaskan umat-Nya dari perbudakan di tanah Mesir pada zaman Musa. Lembah Akhor yang menunjukkan kesusahan sesuai arti kata Akhor, namun dengan kasih yang tulus Tuhan mengubahnya menjadi pintu pengharapan. Tuhan menawarkan perdamaian dengan keikhlasan, dan Dia pun mengharapkan kerelaan hati umat untuk kembali kepada-Nya.
Nah, di sinilah kemudian terjadi pemulihan perjanjian nikah antara Hosea dan Gomer yang melambangkan hubungan Tuhan dengan umat-Nya yang dipulihkan, dan inisiatif itu datangnya dari Tuhan sendiri seperti yang tertulis pada ayat pokok di atas. Hubungan yang diperbaharui ini tidak lagi antara Baal dengan Israel, tuan dan hamba (Baal artinya tuan) yang berdasarkan kinerja, tetapi hubungan suami dan isteri yang berlandaskan keadilan dan kebenaran, kasih setia dan kasih sayang. Dalam hubungan yang didasari kasih yang tulus umat akan mengenal Tuhan sebagai pribadi yang hidup dan baik hati, bukan sebagai benda mati yang menakutkan seperti dewa Baal. Pemulihan hubungan itu disusul dengan pemulihan berkat rohani maupun berkat jasmani (ayat 20-22), dan mempengaruhi keadaan di alam serta keamanan di bumi (ayat 16-17).
Dalam Perjanjian Baru rasul Paulus menulis, bahwa hubungan suami dan isteri adalah gambaran agung antara Kristus dengan jemaat (Efesus 5:22-33). Rasul Yohanes menulis tentang hubungan Kristus dengan jemaat itu pada saat kedatangan-Nya yang kedua bagaikan Perjamuan Kawin Anak Domba: "Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: "Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja. Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba (Kristus; penulis) telah tiba, dan pengantin-Nya (jemaat; penulis) telah siap sedia." (Wahyu 19:6-7)" Amin, Tuhan Yesus memberkati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H