Lihat ke Halaman Asli

Theodorus Tjatradiningrat

Pendeta dan Gembala Jemaat di GPdI House Of Blessing Jakarta

Berkat yang Terbaik Bagi si Penabur (2 Korintus 9:6-15)

Diperbarui: 8 September 2024   13:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Lukisan tentang seorang santo yang menabur kepada orang-orang miskin. Sumber: Pixabay / travelspot

Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga (2 Korintus 9:6).

Kompasianer yang terkasih, dari pembacaan ayat di atas kita menemukan fakta, bahwa seorang penabur memiliki kepastian akan menuai, entah dia menabur sedikit atau menabur banyak. Ayat ini tidak lepas dari konteks yang dimulai dari pasal 8 yaitu tentang jemaat di Korintus yang dimotivasi oleh rasul Paulus agar dapat berbagi kasih dengan jemaat di Yerusalem yang sedang kesusahan seperti yang telah dilakukan oleh jemaat di Makedonia. 

Paulus menggunakan metafora seorang penabur untuk meyakinkan jemaat di Korintus, bahwa ketika mereka menabur kebaikan berupa donasi kepada orang lain yang sedang kesusahan, maka mereka pasti akan menuai yang baik pula dari taburan mereka tersebut. Namun demikian, pemberian mereka harus dengan kerelaan, tidak boleh dengan terpaksa dan harus berdasarkan dengan apa yang ada pada mereka (2 Korintus 8:12; 9:5,7).

Yang harus diperhatikan di pasal 9 dalam hal menabur ialah adanya kerjasama antara si penabur dengan Allah, dan ternyata Allah itulah yang memiliki andil terbesar. Yang pertama, Allah mengasihi si penabur (ayat 7). Yang kedua, Allah melimpahkan segala kasih karunia kepada si penabur (ayat 8, 14). Yang ketiga, Allah yang menyediakan benih dan melipatgandakannya bagi si penabur (ayat 10). 

Yang keempat, Allah yang menyediakan roti untuk dimakan oleh si penabur (ayat 10). Berkat Allah yang diterima oleh si penabur adalah memiliki sukacita dalam memberi (ayat 7), berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan (ayat 8), bertumbuhnya buah-buah kebenaran (ayat 10), diperkaya dalam segala macam kemurahan hati (ayat 11), dan membangkitkan syukur kepada Allah (ayat 11). Ternyata, berkat yang terbaik bagi si penabur ialah berkat secara rohani.

Ketika si penabur menaburkan benih kepada orang-orang yang membutuhkan, sesungguhnya ia hanya menyalurkan benih milik-Nya Allah, bukan miliknya sendiri. Dari sini kita mendapatkan pelajaran, bahwa Allah ingin si penabur memiliki sifat-sifat-Nya yang baik dan penuh kasih serta meniru Dia dalam memberikan berkat kepada orang yang miskin (ayat 9). 

Orang-orang yang menerima kebaikan itu bukan hanya dicukupkan kebutuhannya, tetapi dilimpahkan rasa syukur mereka kepada Allah serta memuliakan-Nya (ayat 12, 13), juga mereka mendoakan dan merindukan si penabur (ayat 14). Motivasi si penabur bukan karena takut rugi sehingga ia akan menabur sedikit atau bukan karena ingin mendapatkan untung sehingga ia akan menabur banyak. Tujuannya menabur kepada sesamanya adalah karena rasa syukur bahwa Allah telah memberkati dia dan karena ia ingin menyatakan kepada sesamanya bahwa Allah mengasihinya juga. Amin, Tuhan Yesus memberkati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline