Lihat ke Halaman Asli

Theodorus Tjatradiningrat

Pendeta dan Gembala Jemaat di GPdI House Of Blessing Jakarta

Pengudusan Progresif dalam Praktik (2 Korintus 3:18)

Diperbarui: 8 Mei 2024   22:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi seseorang yang tangannya sedang disiram air. Sumber: Pexels / Farooq Khan

Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar (2 Korintus 3:18).

Kompasianer yang terkasih, setelah saya membahas soal "Orang Kristen Yang Progresif" pada artikel sebelumnya, kali ini saya akan membahas tentang "Pengudusan Progresif Dalam Praktik." Untuk diketahui, bahwa pengudusan orang Kristen itu mencakup tiga aspek: Yang pertama, pengudusan masa lampau atau pengudusan definitif dan posisional, yang terjadi pada saat orang beriman dilahirkan kembali atau lahir baru. Pengudusan masa lampau dikerjakan hanya oleh Allah semata (Monergistik), tidak ada campur tangan dari pihak orang beriman.

Yang kedua, pengudusan masa kini atau pengudusan progresif, yang merupakan proses menjadi semakin dewasa secara spiritual dan menjadi lebih kudus, yang dimulai pada saat kelahiran kembali dan berakhir pada saat kematian atau pada saat Tuhan Yesus datang kembali. Pengudusan masa kini dikerjakan oleh Allah bersama dengan orang beriman (Sinergistik). Yang ketiga, pengudusan masa depan atau pengudusan ultimat, yang terjadi satu kali untuk seterusnya pada saat orang beriman mati atau saat Tuhan Yesus datang kembali dan dia masih hidup. Pengudusan masa depan pun hanya dikerjakan oleh Allah (Monergistik).

Pembahasan saya ada pada pengudusan masa kini atau pengudusan progresif. Mengapa? Karena pengudusan progresif sedang berlangsung kepada setiap orang beriman untuk diubah menjadi serupa dengan gambaran Kristus di masa depan seperti yang dimaksud ayat pokok di atas. Jujur saja, meskipun kita sudah dikatakan sebagai orang beriman, orang benar, anak-anak Allah, namun keseharian kita dalam praktik kehidupan belum menunjukkan keserupaan dengan Kristus sebagaimana yang dimaksud oleh Kitab Suci. Untuk itu kita harus terus menerus dikuduskan, seumur hidup kita.

Ada beberapa bagian dari tulisan rasul Paulus mengenai pengudusan progresif dalam praktik: Yang pertama, kita harus menjadi dewasa dalam Kristus (1 Korintus 13:11-12). Kita dikatakan dewasa dalam Kristus ketika sifat, perilaku, dan perbuatan kita mencerminkan Kristus itu sendiri. Kristus yang melayani dengan penuh kasih dan sangat beretika, itulah yang harus kita tiru. Sebaliknya, kita akan terlihat masih kanak-kanak secara rohani ketika keberadaan kita justru menimbulkan perpecahan karena ego sentris, iri hati dan perselisihan yang menjadi biang keladinya (1 Korintus 1:10-17; 3:1-4). Inilah yang disebut dengan manusia rohani dan manusia duniawi. Yang manakah kita?

Yang kedua, kita harus menjadi dewasa dalam perkataan, perasaan dan pikiran (1 Korintus 13:11; 14:20). Ketika masalah dan kesusahan datang, respon kita dalam menanggapinya akan menunjukkan apakah kita sudah dewasa atau masih kanak-kanak secara rohani. Bersungut-sungut, saling menyalahkan, gampang baper, selalu berpikiran negatif dan sebagainya, menunjukkan kita masih kanak-kanak. Respon orang yang dewasa rohani ialah berdoa, bersyafaat dan bersyukur ketika masalah dan kesusahan datang (Filipi 4:6). Lawan dari pikiran negatif ialah: "Semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu" (Filipi 4:8).

Yang ketiga, kita harus menjadi dewasa dalam pengajaran firman Allah (Efesus 4:11-14). Firman Allah yang diberitakan dan diajarkan oleh rasul-rasul, nabi-nabi, pemberita-pemberita Injil, gembala-gembala, dan pengajar-pengajar yang benar-benar diurapi Roh Kudus pastilah mendewasakan kita untuk mengenal Yesus Kristus dengan benar. Di era media sosial seperti sekarang ini, sangat mudah jemaat disesatkan dengan pengajaran-pengajaran palsu yang mengatasnamakan Yesus Kristus. Namun, kita yang dewasa dalam pengajaran akan dengan mudah mengenali pengajaran palsu sehingga terhindar dari kesesatan.

Yang keempat, kita harus dewasa dan berkeyakinan penuh dengan segala hal yang dikehendaki Allah (Kolose 4:12). Kehendak Allah yang utama bagi kita jelas di dalam ayat pokok yaitu untuk menjadikan kita serupa dengan Kristus. Bagian yang keempat ini adalah penggabungan dari tiga bagian yang telah dibahas di atas. Dalam proses pengudusan progresif tidaklah mudah dijalankan, namun dengan iman dan tuntunan Roh Kudus kita pasti bisa melakukannya. Dengan pengudusan yang kita jalankan dengan penyerahan diri secara total, maka kita akan mengerti kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna (Roma 12:1-2). Dan akhirnya, "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu" (1 Tesalonika 5:18). Amin, Tuhan Yesus memberkati.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline