Lihat ke Halaman Asli

Theodorus Tjatradiningrat

Pendeta dan Gembala Jemaat di GPdI House Of Blessing Jakarta

Haleluya itu Pujian dari Segala yang Bernapas (Mazmur 150)

Diperbarui: 11 November 2023   11:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi seekor anjing sedang duduk di depan sebuah Gereja. Sumber: Pexels / Bujar Islamaj

Haleluya! Pujilah Allah di tempat kudus-Nya! Pujilah Dia di cakrawala-Nya yang kokoh! Pujilah Dia karena segala keperkasaan-Nya, pujilah Dia sesuai dengan kebesaran-Nya yang hebat! Pujilah Dia dengan tiupan sangkakala, pujilah Dia dengan gambus dan kecapi! Pujilah Dia dengan rebana dan tari-tarian, pujilah Dia dengan permainan kecapi dan seruling! Pujilah Dia dengan simbal yang berdenting, pujilah Dia dengan simbal yang berdentang! Hendaklah segala yang bernapas memuji TUHAN! Haleluya! (Mazmur 150)

Kompasianer yang terkasih, ini seri terakhir dari Mazmur yang saya tulis belakangan ini. Menariknya, jumlah ayat di Mazmur 150 sama dengan Mazmur 1 yakni enam ayat saja, singkat dan sangat mudah diingat. Tetapi keduanya mempunyai tujuan yang berbeda. Mazmur 1 berisi pengajaran tentang bagaimana kita dapat hidup untuk menikmati kebahagiaan yang Tuhan rancang, tetapi Mazmur 50 menceritakan tentang klimaks mengenai perbuatan Tuhan di alam semesta, khususnya bagi umat-Nya yang terus menerus hidup dalam penderitaan di bumi, namun kemudian dapat bersorak-sorai memuji Tuhan karena kemenangan yang Tuhan berikan di dalam hidup itu.

Mazmur 150 beserta empat Mazmur terakhir lainnya dibuka dan ditutup dengan "Haleluya!" Mazmur 150 dipenuhi dengan memuji dan mengagungkan Tuhan, hanya Dialah satu-satunya yang menjadi pusat penyembahan dari umat. Ini dibuktikan dengan penyebutan nama-Nya, tidak ada lagi pembahasan tentang kesulitan hidup dari umat Tuhan, melainkan semata-mata semuanya hanya tentang memuliakan Allah.

Pujian dengan penyebutan nama TUHAN Allah sebanyak tujuh belas kali yaitu: penyebutan nama "Yahweh" sebanyak tiga kali, penyebutan nama "El" sebanyak satu kali, penyebutan dengan kata ganti "Dia" sebanyak sembilan kali, dan penyebutan dengan kata ganti "Nya" untuk menunjuk kepemilikan Tuhan atas segalanya sebanyak empat kali. Mazmur ini mengajak kita semua untuk menghayati ulang siapa Allah secara pribadi, akan apa yang telah Dia lakukan di masa lalu, apa yang sedang Dia lakukan di masa kini, dan apa yang akan Dia lakukan di masa depan.

Pengagungan akan Tuhan dapat dimulai dengan melihat ciptaan-Nya yang luar biasa yaitu cakrawala yang luas dan kuat di mana matahari, bulan dan bintang itu berpaut menerangi siang dan malam, untuk menandai kehidupan kita semua yang senantiasa berubah-ubah karena situasi dan kondisi, tetapi herannya benda-benda penerang tersebut secara konsisten menerangi hari-hari kita baik siang maupun malam. Haleluya!

Memuji dan menyembah Tuhan adalah suatu perintah, jadi beribadah kepada Tuhan merupakan sebuah kewajiban, dan bukan hak! Mengapa? Karena jikalau ibadah itu sebuah hak, maka tentu kita boleh melakukannya atau tidak melakukannya. Tetapi, ibadah merupakan sebuah kewajiban karena bukan berdasarkan kita mau atau tidak mau, melainkan dengan kesadaran yang sangat sederhana, bahwa Tuhan begitu penting dan berarti bagi kita, sebab tanpa Tuhan kita bukan siapa-siapa, tanpa Dia kita tidak berarti apa-apa.

Bagi umat Perjanjian Baru, hidup kita bergantung kepada Tuhan Yesus yang adalah hidup itu sendiri. Hidup kita sempat porak poranda akibat pandemi Covid-19 yang berkepanjangan, namun mengingat ada siang dan ada malam, itu menunjukkan pemeliharaan Allah yang sempurna dan tidak berubah atas ciptaan-Nya sebagaimana Ia menciptakan cakrawala dan isinya di mana bumi belum berbentuk dan kosong serta gulap gulita menutupi samudera raya (Kejadian 1:1-19).

Demikianlah Tuhan hadir dan berkarya untuk memberikan terang bagi kita, memberikan jalan keluar bagi kita. Ketika Dia berfirman: "Jadilah terang", maka kegelapan pun sirna (Kejadian 1:3; bnd. Yohanes 1:1-5). Demikianlah ketika kita mendengarkan firman Tuhan, kita cukup menanggapinya dengan iman. Namun demikian, satu hal yang harus kita sadari dan tidak memungkirinya yaitu di tengah situasi yang tersulit sekalipun tapi kita masih bernapas, hal itu menandakan kita semua masih menerima berkat Tuhan.

Ingatlah: orang terkaya, orang terhebat, orang terkuat, orang terpintar, dan sebagainya, mereka semua bisa menghasilkan sesuatu yang hebat, yang berhasil tanpa Tuhan! Tetapi tidak satu pun dari mereka yang dapat hidup kalau bukan Tuhan yang mengizinkannya hidup. Bahwa hanya dari Tuhan saja setiap makhluk dapat memperoleh kehidupan, napas itu milik Tuhan. Jadi, hari ini kita masih bisa bernapas saja, itu sudah merupakan alasan yang sangat kuat untuk kita memuji dan menyembah Tuhan.

Memuji Tuhan harus dilakukan dengan kesungguhan karena pada saat melakukan itu kita sedang berada di ruang yang paling sakral yaitu tempat kudus-Nya di mana Allah bersemayam. Ruang kudus itu bukan tempat sembarangan, tempat itu dikhususkan bagi kita yang rindu untuk bersekutu dengan Dia. Kita yang datang untuk memuji dan menyembah Tuhan dalam kehidupan yang penuh penderitaan, namun karena iman kita berada di ruang kudus dan Allah hadir di sana, maka pujian yang berkata: "Haleluya! Puji Tuhan!", berarti sebuah pengakuan kita sedang berhadapan dengan Tuhan, Allah yang besar, yang keperkasaan-Nya mengatasi segala masalah yang kita alami.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline