Lihat ke Halaman Asli

Theodorus Tjatradiningrat

Pendeta dan Gembala Jemaat di GPdI House Of Blessing Jakarta

Dalih Orang-orang yang Diundang Tuhan (Lukas 14:21-24)

Diperbarui: 1 Februari 2023   16:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Perjamuan makan dalam suatu pesta. Sumber: Pixabay / GioeleFazzeri

Maka kembalilah hamba dan menyampaikan semuanya itu kepada tuannya. Lalu murkalah tuan rumah itu dan berkata kepada hambanya: Pergilah dengan segera ke segala jalan dan lorong kota dan bawalah ke mari orang-orang miskin dan orang-orang cacat dan orang-orang buta dan orang-orang lumpuh. Kemudian hamba itu melaporkan: 

Tuan, apa yang tuan perintahkan itu sudah dilaksanakan, tetapi sekalipun demikian, masih ada tempat. Lalu kata tuan itu kepada hambanya: Pergilah ke semua jalan dan lintasan dan paksalah orang-orang, yang ada di situ, masuk, karena rumahku harus penuh. Sebab Aku berkata kepadamu: Tidak ada seorang pun dari orang-orang yang telah diundang itu akan menikmati jamuan-Ku. (Lukas 14:21-24)

Kompasianer yang terkasih, ini adalah bagian ketiga dari serial pelajaran Alkitab dari Lukas pasal 14 yang saya tulis karena kisah yang ditulis oleh Lukas tersebut adalah satu bagian yang dipisah menjadi tiga perikop oleh Lembaga Alkitab Indonesia. Silakan Kompasianer membaca dua artikel saya sebelumnya.

Dalam perumpamaan ini, Yesus menggambarkan Kerajaan Allah itu seperti seorang tuan yang sedang mengadakan jamuan yang besar dengan mengundang banyak orang untuk datang ke pesta yang diadakannya itu (ayat 15-17). Gambaran ini untuk menguji orang Farisi yang meresponi Yesus di ayat 12-14 dalam adegan di perikop sebelumnya.

Biasanya, orang yang diundang ke pesta akan antusias karena pesta atau jamuan besar itu identik dengan acara yang meriah dengan sajian makanan yang lezat. Apalagi yang mengundang mereka adalah seorang tuan yang kaya, terpandang, dan terhormat.

Namun ironisnya, orang-orang yang diundang justru memberi respon yang sangat mengejutkan sekaligus mengecewakan. Mereka malah menolak undangan itu dengan berbagai dalih atau alasan masing-masing (ayat 18-20). Menariknya, semua yang menolak undangan tersebut meminta maaf kepada hamba sang tuan.

Menurut kebiasaan, sebuah undangan dikirim beberapa hari atau beberapa minggu sebelumnya, tetapi sopan santun menuntut bahwa pada saat penyelenggaraan pesta itu tiba, sebuah undangan pribadi harus disampaikan melalui seorang utusan. Jadi, permintaaan maaf dan dalih penolakan mereka sangat tidak masuk akal. Mari perhatikan dalih orang-orang yang diundang:

1. Aku telah membeli ladang dan aku harus pergi melihatnya (ayat 18)

Dalih yang dikemukakan tidak tepat, sebab tidak ada pedagang yang waras yang akan membeli ladang yang belum dilihatnya. Atau apabila sudah dilihatnya, maka pemeriksaan kedua dapat menunggu sebab transaksinya sudah dilaksanakan.

2. Aku telah membeli lima pasang lembu, aku harus pergi mencobanya (ayat 19)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline