Lihat ke Halaman Asli

Theodorus Tjatradiningrat

Pendeta dan Gembala Jemaat di GPdI House Of Blessing Jakarta

Benarkah Yesus Lahir Tanggal 25 Desember?

Diperbarui: 24 Desember 2022   00:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lukisan pada jendela-jendela gereja tentang kelahiran Tuhan Yesus Kristus. Sumber: Pixabay / NoName_13

Kompasianer yang terkasih, hari ini tanggal 21 Desember 2022 ketika saya menulis, empat hari lagi saya dan seluruh umat Kristen di dunia akan merayakan Natal, hari kelahiran Tuhan Yesus Kristus. Namun demikian, ada beberapa gereja yang tidak merayakan hari Natal pada tanggal 25 Desember dengan alasannya masing-masing. Dan lebih banyak lagi yang menentang dan menolak dari kalangan non Kristen bahwa Yesus lahir pada 25 Desember dengan berbagai teorinya.

Menjadi pertanyaan: Benarkah Yesus lahir tanggal 25 Desember? Bukankah kata orang, Natal adalah hari raya dewa matahari yang kemudian diadopsi umat Kristen menjadi perayaan kelahiran Yesus Kristus? Saya pribadi meyakini 25 Desember adalah hari kelahiran Yesus, untuk itu izinkan saya menyampaikan beberapa pandangan untuk membuktikannya.

Dasar pandangan yang menolak 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus Kristus:

Dalam bukunya "The Two Babylons", Alexander Hislod menuliskan bahwa penduduk Roma pra Kristen telah mengadopsi perayaan-perayaan paganisme Babylon menjadi hari-hari raya utama mereka. Menurut penanggalan mereka, titik balik matahari di musim dingin selalu jatuh pada tanggal 25 Desember.

Itulah yang dirayakan sebagai hari raya "Natalis Invicti Solis" atau "Hari Kelahiran Dewa Matahari Yang Tak Terkalahkan." Inilah yang menjadi dasar Hislod ketika menyimpulkan, bahwa Hari Natal Kristen diadaptasi dari "Natalis Invicti Solis" atau yang biasa juga disebut sebagai "Perayaan Saturnalia."

Dasar pandangan Gereja atau tanggapan Gereja:

1. Teori Hari Natal 25 Desember merupakan adaptasi dari "Natalis Invicti Solis" baru dipersoalkan pada abad ke-18 oleh teolog Jerman yang bernama Paul Ernst Jablonsky. Tetapi, teorinya sangat spekulatif tanpa merujuk pada dokumen-dokumen kuno gereja.

2. Sejumlah dokumen kuno mencatat berdasarkan penafsiran Hagai 2:19-20, yaitu tanggal 24 bulan ke-9 (Kislew) dalam kalender Yahudi sama dengan tanggal 25 Desember dalam kalender Gregorian.

3. Teori bahwa tidak mungkin Yesus lahir di bulan Desember karena tepat dengan musim dingin dan tidak mungkin para gembala menggembalakan domba-dombanya di luar. Namun Lukas 2:8 mencatat, bahwa ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak pada waktu malam di kala malaikat Tuhan memproklamirkan kelahiran Yesus kepada mereka (Lukas 2:9-14). Suhu rata-rata di Betlehem pada musim dingin antara 13,5-5,5 derajat Celsius, jadi masih cukup hangat bagi domba-domba untuk digembalakan. Sedangkan salju biasanya di bawah 0 derajat Celsius.

Sebagai catatan: domba-domba yang dimaksud Lukas 2:8 bukanlah domba-domba biasa, tetapi domba-domba yang dikhususkan untuk korban di Bait Suci yang dijaga oleh gembala-gembala khusus di tempat tertutup yang dikelilingi benteng. Ini bukan tafsiran subjektif Kristen, tetapi didukung oleh Misnah, Talmud, dan Targum orang Yahudi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline