Lihat ke Halaman Asli

Theodorus Tjatradiningrat

Pendeta dan Gembala Jemaat di GPdI House Of Blessing Jakarta

Apakah Radikalisme Sama Dengan Berbuat Bakti bagi Allah? (Yohanes 16:1-4)

Diperbarui: 15 Desember 2022   13:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Densus 88 Antiteror Polri Tangkap Empat Terduga Teroris di NTB. Sumber: Klikwarta.com

"Semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya kamu jangan kecewa dan menolak Aku. Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah. Mereka akan berbuat demikian, karena mereka tidak mengenal baik Bapa maupun Aku. Tetapi semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya apabila datang saatnya kamu ingat, bahwa Aku telah mengatakannya kepadamu." (Yohanes 16:1-4a)

Kompasianer yang terkasih, baru saja Indonesia kembali dikejutkan dengan ledakan bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar, Kota Bandung, yang tidak hanya menewaskan pelakunya, tetapi juga menewaskan seorang anggota Polsek dan melukai delapan orang lainnya, satu di antaranya seorang warga. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menduga, pelaku yang mantan narapidana terorisme ini terafiliasi dengan jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD).

Para teroris di Indonesia meskipun beragama Islam, tetapi dengan ideologi khilafah, maka mereka dicap sebagai kaum radikalisme. Apa sih radikalisme itu? Radikalisme adalah ideologi yang mempercayai perubahan menyeluruh hanya bisa dilakukan dengan cara yang radikal, bukan dengan cara evolusioner dan damai. Dengan kata lain, bagi radikalis agama, pembunuhan termasuk dengan cara bom bunuh diri adalah yang terbaik untuk menegakkan paham khilafah menurut tafsir mereka akan kitab suci agamanya.

Bagi kaum seperti mereka, radikalisme sama dengan berbuat bakti bagi Allah yang disembahnya. Dan apakah radikalisme agama hanya ada di agama Islam? Ternyata tidak! Yudaisme dan agama Kristen juga pernah tercatat dalam sejarah, bahwa ada kelompok dari kedua agama tersebut sebagai para radikalis agama yang dapat disebut juga sebagai teroris. Teroris agama artinya orang yang menggunakan kekerasan untuk menimbulkan rasa takut dengan kitab suci yang ditafsirkan keliru oleh mereka.

Pada ayat pokok kita, Yesus telah memberikan peringatan agar para murid-Nya jangan sampai menjadi kecewa dan menolak Dia karena hal-hal yang akan terjadi kemudian (ayat 1, 4). Apakah itu? Para murid akan dikucilkan dan dibunuh oleh orang-orang yang menolak Yesus (ayat 2). "Kamu akan dikucilkan" merujuk pada koteks bangsa Yahudi yang akan mengusir dan mengekskomunikasi mereka dari pusat kehidupan mereka yaitu sinagoga.

Ini adalah penganiayaan besar karena sinagoga merupakan tempat mereka beribadah kepada Tuhan dan mendengarkan pembacaan kitab suci. Mereka yang terusir akan dianggap kafir yang akan memberi dampak sosial dan ekonomi bagi mereka. Terlebih lagi, mereka akan dibunuh oleh orang-orang sebangsanya sendiri, dan parahnya ketika membunuh para pembunuh menyangka bahwa mereka sedang berbuat bakti bagi Allah (ayat 2). Inilah radikalisme agama.

Penganiayaan yang dinubuatkan dalam nats ini berdasarkan kepentingan agama, bukan kepentingan negara atau suku. Seorang rabi agama Yahudi dari tafsiran Midrash Rabbah, menafsir Bilangan 25: 6-13 dengan mengatakan "Jika seseorang mencurahkan darah orang jahat, seolah-olah dia memberi korban (kepada Allah)." Tafsir inilah yang digunakan oleh para teroris Yudaisme untuk menangkap dan membunuh orang-orang Kristen mula-mula, dan salah seorang dari teroris itu bernama Saulus, yang kemudian ditangkap oleh Tuhan Yesus di jalan menuju Damsyik (Kisah Para Rasul 9:1-19a).

Pada abad pertama, orang-orang Yahudi menganiaya orang-orang Kristen. Di kemudian hari, giliran orang-orang Kristen yang menganiaya orang-orang Yahudi di Perancis pada tanggal 14 Februari 1349 dengan cara dibunuh dan dibakar. Peristiwa ini dikenal dalam sejarah sebagai bagian dari rangkaian The Black Death Persecutions and Massacress.

Ironisnya, bahkan sesama orang Kristen pun saling bunuh atas nama Tuhan hanya karena perbedaan pandangan teologi. Seorang puritan di Inggris, archbishop Thomas Crammer, seorang reformator yang ditangkap oleh gereja yang kemudian dinyatakan bersalah, dihukum mati dengan cara dibakar. Parahnya lagi, ketika sedang membakar dia, mereka mengkhotbahkan firman Tuhan! Ada juga radikalisme modern seperti Army of God dan Ku Klux Klan di Amerika. Di Indonesia, ada Laskar Kristus dan Pasukan Kelelawar yang terkenal pada konflik Ambon dan Poso.

Baik radikalisme Yahudi maupun Kristen, Yesus dengan tegas mengatakan bahwa mereka itu tidak mengenal Allah maupun Yesus sendiri sekalipun mereka mengaku sebagai pengikut Yahweh atau orang Kristen! Contoh terbaiknya adalah rasul Paulus yang dulunya seorang teroris. Ia dibesarkan sebagai orang Yahudi lengkap dengan gelarnya sebagai ahli Taurat, orang Farisi yang elit pula. Dan ia sangat dikenal sebagai radikalis Yudaisme sejati yang tugasnya untuk menganiaya jemaat atau orang Kristen (Filipi 3:4-6).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline