Lihat ke Halaman Asli

Theodorus Tjatradiningrat

Pendeta dan Gembala Jemaat di GPdI House Of Blessing Jakarta

Ketika Kita Harus Memilih (Perspektif Abram, Sang Pemegang Janji Tuhan)

Diperbarui: 18 Oktober 2022   13:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanah Negeb, tempat Abram tinggal setelah pergi dari Mesir. Sumber: Pixabay / jdblack

Bukankah seluruh negeri ini terbuka untuk engkau? Baiklah pisahkan dirimu dari padaku; jika engkau ke kiri, maka aku ke kanan, jika engkau ke kanan, maka aku ke kiri... Sebab itu Lot memilih baginya seluruh Lembah Yordan itu, lalu ia berangkat ke sebelah timur dan mereka berpisah. Abram menetap di tanah Kanaan, tetapi Lot menetap di kota-kota Lembah Yordan dan berkemah di dekat Sodom (Kejadian 13:9, 11-12).

Kompasianer yang terkasih, pada blog sebelumnya, saya membahas pilihan dari perspektif Lot, kali ini saya akan membahasnya dari perspektif Abram (yang nantinya bernama Abraham). Jika Lot diberkati dan menikmatinya ketika ia bersama-sama dengan Abram, pamannya, maka kemudian ia kehilangan segalanya ketika ia salah memilih tempat yang menjadi tujuan untuk hidup mandiri.

Namun berbeda dengan Abram, ia adalah orang yang menerima panggilan Allah dan yang menerima janji-Nya (Kej. 12:1-9). Kita akan melihat bagaimana Abram memutuskan untuk memberikan kesempatan pertama kepada Lot di saat mereka harus memilih jalannya masing-masing. Kita akan mempelajari perspektif Abram, sang pemegang janji Tuhan.

Pertama, Abram seorang yang sangat kaya, banyak ternak, perak dan emasnya (ayat 2). Jelaslah, Abram mengikuti Tuhan bukan demi kekayaan dan kesuksesan, karena ia sudah kaya dan sukses sebelumnya. Ibrani 11:8-9 menuliskan, bahwa Abram atau Abraham taat memenuhi panggilan Tuhan untuk tinggal di tanah Kanaan karena imannya, bukan oleh sebab yang lain.

Kedua, Abram mendirikan mezbah bagi Tuhan di mana pun ia berada (ayat 3-4, 18). Di setiap tempat di mana Abram berada, ia sadar bahwa nama Tuhan harus berada di sana juga. Mengapa? Karena Abram tinggal di antara orang-orang yang tidak mengenal Tuhan, jadi ia butuh kehadiran-Nya di situ demi terjaganya hubungan dengan Tuhan, Allahnya, dan terjaganya ia dari pengaruh penduduk asli yang menyembah allah yang lain.

Ketiga, Abram memandang Lot sebagai keluarganya, bukan sebagai pesaing bisnisnya (ayat 5-8). Meskipun Lot memiliki bisnis yang sama dengan Abram, dan ia sukses juga, namun Abram tidak melihatnya sebagai saingan yang harus disingkirkan, apalagi posisinya sebagai orangtua angkatnya Lot, tentu saja ia mempunyai hak yang lebih besar di dalam keluarga.

Keempat, Abram seorang yang rendah hati (ayat 9). Abram jelas melepaskan hak pilihnya kepada Lot. Ia tidak takut kehilangan tempat yang paling potensial bagi bisnis dan keluarganya. Abram tidak seperti Lot yang mengandalkan mata jasmani untuk melihat tempat yang terbaik, karena ia melihat dengan iman. Abram berpegang pada janji Tuhan yang sebelumnya ia terima (Kej. 12:1-3, 7).

Kelima, Abram menerima bagiannya dari Tuhan, bukan karena pilihannya (ayat 14-17). Inilah berkat bagi seorang pemegang janji, ia menerima yang terbaik dari Tuhan, Sang Pemberi janji! Perhatikan di ayat 9, Abram tidak memilih bagiannya, ia memberikan haknya kepada Lot. Ketika Lot memilih ke kiri, otomatis Abram ke kanan, dan sebaliknya, jika Lot memilih ke kanan, maka otomatis Abram ke kiri. Jadi, sebetulnya ke kiri atau ke kanan itu bukan pilihannya Abram, tetapi bagiannya adalah bagian yang tersisa dari pilihan terbaiknya Lot!

Dengan demikian, bagian terbaik bagi Abram adalah apa yang menjadi pilihan Tuhan. Bagi Abram, bukanlah soal tempat yang terlihat baik dan terlihat berpotensi itu yang menentukan nasibnya. Bagi Abram, di mana ada Tuhan, tempat itu menjadi baik dan potensial untuk digarap. Abram tidak mengandalkan potensi alam, tetapi ia bergantung kepada Tuhan, Sang Pencipta alam itu.

Dari kisah tentang Abram, Kompasianer dapat mengambil pelajaran dari padanya. Di era persaingan global yang terjadi sekarang ini, tidak terkecuali kita sebagai orang beriman akan diperhadapkan pada pilihan-pilihan yang akan menentukan masa depan kita. Sekarang tergantung kita, apakah akan memilih berdasarkan mata jasmani seperti Lot yang kemudian kehilangan segalanya, atau memilih berdasarkan iman seperti Abram yang akhirnya memiliki segalanya?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline