Lihat ke Halaman Asli

Adakah Harapan bagi Eritroblastosis Fetalis?

Diperbarui: 24 November 2017   17:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Pada esai saya yang keempat, saya akan membahas mengenai eritroblastosis fetalis, dan apabila kelainan ini bisa disembuhkan atau tidak.

Seperti yang sudah bisa dilihat dari namanya, yang merupakan gabungan dari kata 'eritrosit' yang berarti sel darah merah dan 'fetus' yaitu janin, eritroblastosis fetalis adalah suatu kelainan pada darah yang berkembang pada janin. Eritroblastosis fetalis berpotensi mengancam nyawa janin tersebut.

Kelainan ini biasanya disebabkan karena ketidakcocokan rhesus antara janin dengan ibu, biasanya terjadi saat ibu yang berdarah rhesus negatif mengandung janin yang memiliki rhesus positif. Rhesus positif tersebut diwarisi dari sang ayah yang juga memiliki darah rhesus positif. Namun, jika ibu memiliki darah rhesus positif sementara janin memiliki darah rhesus negatif, hal ini tidak akan menimbulkan masalah.

Selain rhesus, penyebab kedua adalah adanya perbedaan golongan darah, namun eritroblastosis fetalis yang disebabkan oleh perbedaan golongan darah lebih tidak mengancam nyawa bayi, tidak seperti jika disebabkan oleh rhesus. Contohnya apabila ibu memiliki golongan darah O sementara janin bergolongan darah A.

Akibat dari adanya baik perbedaan rhesus maupun golongan darah adalah terjadinya hemolisis, yaitu pecahnya membran eritrosis sehingga hemoglobin masuk ke plasma. Hal ini bisa berujung pada kematian janin, atau apabila lahir, bayi yang terkena eritroblastosis fetalis dapat mengalami pembengkakan pada hati dan limpa, anemia, penyakit kuning/hepatitis (jaundice), hingga gagal jantung.

Salah satu penyebab eritroblastosis fetalis adalah perbedaan rhesus. Sebenarnya, ada berapa macam rhesus?

Ada dua jenis rhesus: rhesus positif (Rh+) dan rhesus negatif (Rh-). Keduanya dibedakan berdasarkan ada tidaknya aglutinogen. Darah rhesus positif berarti darah memiliki aglutinogen (antigen RhD), sementara jika darah rhesus negatif berarti darah tidak memiliki aglutinogen. Hal ini berarti darah rhesus negatif tidak memiliki antibodi. Jika darah rhesus positif masuk ke tubuh yang memiliki rhesus negatif, maka tubuh melawan sehingga terbentuk antibodi.

Meski begitu, ketidakcocokan rhesus sejatinya bukan merupakan suatu masalah -- yang menjadi masalah adalah apabila darah rhesus positif milik janin bercampur dengan darah rhesus negatif milik ibu. Hal ini bisa terjadi pada saat proses kelahiran, aborsi, keguguran, atau apabila ibu mengalami cedera yang serius pada bagian perut ketika hamil, karena ada kemungkinan sejumlah kecil darah janin melintas melewati plasenta (yang bertugas sebagai penghalang antara sel darah merah ibu dengan sel darah merah janin) kemudian masuk ke dalam pembuluh darah ibu.

Ketika darah janin yang memiliki rhesus positif bercampur dengan darah ibu yang memiliki rhesus negatif, maka tubuh ibu akan secara alamiah bereaksi melawan benda asing yaitu darah rhesus positif tersebut dengan cara merangsang eritrosit berupa zat antibodi/antirhesus untuk melindungi diri.

Jika hal tersebut terjadi, maka sistem ketahanan tubuh dari ibu membentuk antibodi untuk melawan dan antibodi tersebut kemudian masuk ke janin dan merusak darah rhesus positif milik janin. Hal inilah yang menimbulkan hemolisis.

Ketidakcocokan rhesus tidak akan berpengaruh apapun pada kehamilan pertama sang ibu, karena tubuh ibu tidak akan membentuk antibodi hingga ketika melahirkan atau mengalami keguguran. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline