Perjalanan menjadi seorang peneliti, adalah perjalanan penuh warna. Ada suka, namun tak selalu mudah. Dua kali Saya terlibat dalam riset nasional, Studi kualitas air minum rumah tangga atau SKAM-RT dan Riset Vektora.
Pada SKAM-RT, Saya diberi peran sebagai penanggung jawab teknis untuk empat kabupaten di NTT, dan pada Riset Vektora, Saya diberi tanggungjawab sebagai ketua tim untuk Kabupaten Maluku Tenggara.
Tentu saja, keduanya memiliki kisah yang berbeda, karena riset SKAM-RT dilakukan pada masa pandemi covid dengan protokoler yang berbeda dari kondisi normal. Namun, keduanya butuh perhatian dan tanggungjawab yang sama. Kali ini, Saya ingin berbagi cerita tentang Riset Vektora.
Riset yang menjadi tanggungjawab Kementerian Kesehatan RI ini, fokus pada vektor (nyamuk) dan binatang pembawa penyakit atau reservoar seperti kelelawar dan tikus, yang dilakukan di seluruh Indonesia secara bertahap.
Jauh dari keluarga untuk beberapa waktu
Mengikuti riset ini, melalui beberapa tahapan seleksi dan persyaratan tertentu, termasuk kesediaan untuk berada di lapangan selama kurun waktu tertentu.
Pengalaman terlibat dalam riset nasional ini, praktis membuat jauh dari keluarga. Selama dua bulan, terpisah dari keluarga. Waktu sebulan lamanya dihabiskan untuk mengikuti kegiatan menjadi pelatih dan melatih enumerator, dan satu bulan sisanya 'terjun' langsung di lapangan.
Meskipun ada fasilitas telepon genggam, namun ketika berada di tengah hutan atau titik yang jauh dari pemukiman, sinyal timbul tenggelam bak gelombang laut di Kei Kecil. Sebaliknya, ketika sinyal tumpah ruah, justru ponsel kehabisan daya karena tidak ada listrik!
Satu-satunya sumber listrik yang ada berasal dari mesin genset yang harus dihemat pemakaiannya untuk alat-alat laboratorium lapangan seperti mikroskop dan sentrifuse.
Ada tanggung jawab yang besar di pundak
Menjadi ketua tim vektor untuk riset berskala nasional ini tidaklah mudah. Ada tanggungjawab besar yang harus dipikul. Terutama untuk memastikan bahwa semua data yang dikumpulkan telah valid sebelum dikirimkan ke pusat. Juga harus bisa membuat keputusan yang tepat, untuk setiap persoalan yang muncul di lokasi penelitian, termasuk menentukan siapa harus mengerjakan apa.