Tinggal hitungan hari saja, kita sudah mengakhiri tahun ini. Sudah tentu banyak pencapaian yang telah didapat dengan kerja keras, dan juga pasti masih banyak hal yang belum sesuai harapan.
Banyak pelajaran yang telah ditimba selama setahun ini. Hal-hal tak terduga bisa datang dari siapa saja; dari orang yang kita sayangi, bahkan dari orang yang membenci kita sekalipun, atau mereka yang selalu tidak bahagia bila kita ceria.
Saatnya bagi sebagian orang, termasuk Saya, melakukan refleksi.
Komunikasi menjadi salah satu bahan yang Saya refleksikan kali ini. Masalah komunikasi kerap menjadi penyebab rusaknya sebuah relasi. Urusan anak, rumah, hingga tuntutan pekerjaan, tak urung memberikan tekanan yang luar biasa dalam perjalanan hidup setiap hari.
Sehingga kadang karena saking letihnya, tanpa sadar, banyak pihak yang merasa sakit hati atau terluka karena kata-kata yang dilontarkan.
Lisanmu meninggalkan bekas yang dalam
Pelajaran tentang lisan ini juga Saya dapat tanpa sengaja ketika sedang curcol dengan beberapa anak gadis.
Kali ini, hati Saya tersentuh ketika seorang gadis yang kehilangan kedua orangtuanya, bercerita bahwa hatinya sangat terluka ketika ada yang melontarkan kata-kata setengah menuduh bahwa dialah yang menjadi penyebab kematian ibunya!
Hal yang diucapkan beberapa tahun silam, masih diingat dengan jelas, dan setiap mengingat hal itu, gadis itu merasa sangat terluka dan sangat sedih.
Lalu Saya teringat sebuah kisah yang pernah Saya baca. Tentang seorang anak yang memiliki masalah dengan pengendalian emosinya.