Kehadiran furnitur dalam sebuah rumah ibarat kehadiran gula dalam secangkir kopi. Memberi kesan manis dan saling melengkapi.
Untuk membawa pulang furnitur ini tentu sangat tergantung dari selera masing-masing pembeli dan kekuatan isi dompetnya.
Banyaknya produk yang dijual di pasaran, dengan menawarkan kemudahan dalam berbelanja dan dalam pembayaran, menyebabkan tingginya kecenderungan pembeli untuk mengganti furnitur dalam jangka waktu tertentu.
Bahan dasar furnitur
Ketika membeli furnitur baru, tentu banyak hal yang menjadi pertimbangan. Desain yang menarik, tampilan yang unik, fungsi dan juga bahan dasar pembuat furnitur menjadi pertimbangan utama, diantara begitu banyak pertimbangan lainnya.
Bahan dasar furnitur umumnya adalah kayu, multipleks, plastik, rotan, kulit, besi dan sebagainya. Furnitur berbahan kayu lebih banyak dipilih karena lebih terlihat natural.
Setiap seratnya terlihat indah, lebih kuat, terutama bila kayu yang dipakai adalah kayu dengan kualitas yang baik, misalnya kayu jati, mahoni, pinus (jati belanda), merbabu dan lainnya.
Multipleks atau plywood, lebih ringan dari kayu dan tampilannya lebih beragam. Agar tampilan multipleks ini lebih indah, biasanya dilapisi dengan lapisan tertentu. Tujuannya untuk mendapatkan serat atau motif yang dikehendaki.
Furnitur dari material plastik, harganya relatif lebih murah dari kayu. Tampilan warnanya pun lebih ‘eye catching’. Kemajuan teknologi saat ini menunjang tampilan produk plastik menjadi lebih berkelas dan tidak kalah dengan bahan lainnya.
Bahaya yang tersembunyi dalam furnitur baru
Adakah hal yang disadari, ketika furnitur yang baru dibeli itu tiba di rumah Anda? Ya, aroma kuat yang menyengat hidung adalah yang paling pertama dirasakan, bukan?