Mengikuti sebuah webinar menarik yang berisi pengembangan diri bagi para ibu tunggal atau single mom maupun perempuan lajang adalah sebuah hal yang memberi inspirasi tersendiri. Pasalnya, ini adalah webinar pertama yang Saya ikuti setelah bergabung dengan Kompasiana dan berikutnya semua peserta webinar adalah perempuan.
Saya yakin besarnya antusiasme peserta webinar yang diberi tajuk Aku berharga, aku cukup dikarenakan kuatnya dorongan dari dalam diri untuk keluar dari persoalan perjuangan dan tanggungjawab seorang single mom.
Hebatnya lagi, pembicaranya adalah seorang perempuan luar biasa dan inspiratif yang berhasil keluar dari sulitnya tekanan yang dihadapi sebagai single mom dan menjadi founder komunitas single mom di Indonesia!
Ada perasaan senasib, setidaknya ada perasaan saling memahami sebagai seorang perempuan dengan cerita yang hampir sama, saling sharing dan saling menguatkan dengan tips-tips menarik dan berharga yang dapat membantu untuk diri sendiri.
Menjadi seorang single mom bukanlah hal yang diinginkan oleh seorang perempuan; keinginan terdalam dari seorang perempuan yang menjadikan dirinya merasa sempurna adalah ketika dapat menjadi seorang ibu dan istri yang baik bagi anak dan pasangan. Namun, saat impian ini berakhir, karena berbagai alasan, akan menghancurkan semua impian yang telah dibangun.
Jujur saja, beban tekanan yang harus dipikul menjadi dua kali lipat bahkan berkali kali lipat. Selain tekanan dari lingkungan sekitar, keluarga, teman, tekanan dari dalam diri sendiri juga justru memberi dampak yang jauh lebih besar.
Stigma yang muncul pada sekelompok orang terhadap seorang single mom, tentu bukanlah perkara mudah untuk dihadapi. Perjuangan internal dalam diri sendiri adalah hal yang tidak mudah untuk dilakukan, dibandingkan perjuangan terhadap faktor eksternal. Mengapa demikian? Ini berkaitan dengan bagaimana seseorang dapat mengelola diri sendiri untuk keluar dari sebuah persoalan, terutama karena trauma masa lalu.
Overthinking dan insecure.
Dua alasan ini menurut Saya adalah hal utama yang menjadi akar pahit dari perjuangan seorang single mom untuk keluar dari tekanan hidupnya.
Pemikiran yang berlebihan tentang apa yang dipikirkan orang lain terhadap diri kita -terutama pada kasus perceraian- menyebabkan pada kondisi tertentu seorang single mom akan kehilangan rasa percaya diri. Kehilangan rasa percaya diri kemudian membawa efek lain dalam hidup, perasaan insecure.
Perasaan insecure akan menyebabkan seseorang yang kehilangan percaya diri mulai menarik diri dari kehidupan sosial, merasa tidak berguna, merasa gagal sebagai seorang ibu dan istri, merasa diri tidak cantik, tidak menarik, merasa diri kurang mampu melakukan apapun, merasa tidak dicintai dan masih banyak hal lainnya yang semakin memperburuk keadaan, bahkan dapat menyebabkan depresi.